Pada 6 Agustus 2025 saya diminta oleh Puskesmas Cilandak untuk memberikan presentasi pada perwakilan guru SD Kecamatan Cilandak. Saya dengan senang hati melakukannya, setidaknya karena tiga alasan. Pertama, saya memang secara rutin ikut dalam berbagai kegiatan Puskesmas di sekitar rumah, beberapa kali di Puskesmas Cilandak, lalu Puskesmas Kebayoran Lama dan bahkan di hari yang sama 6 Agustus pagi hari saya berbicara di depan kader kesehatan Puskesmas Kebayoran Baru. Saya selalu “menikmati” berinteraksi langsung dengan petugas lapangan, ujung tombak dan garda terdepan penjaga kesehatan kita, selain aktivitas saya lainnya di kampus, tingkat nasional dan juga internasional. Ke dua, tentu kita semua sepakat bahwa guru punya peran amat penting dalam kesehatan anak didiknya, artinya juga kesehatan bangsa masa depan. Alasan ke tiga kenapa saya menerima permintaan ini dengan gembira karena di lakukan di aula sekolah dua orang cucu saya, Andra Arfa di High Scope Cilandak.
Selain tentang Demam Berdarah Dengue (DBD) maka kepada para guru SD Kecamatan Cilandak ini saya sampaikan tentang empat jenis nyamuk yang merupakan vektor penyakit. Pertama tentu Nyamuk Aedes, yang merupakan vektor penyakit DBD dan Chikungunya. Ke dua adalah Nyamuk Anopheles, vektor penyakit malaria. Ke tiga yaitu Nyamuk Mansonia, vektor penyakit Filariasis atau kaki gajah, dan ke empat Nyamuk Culex yang antara lain sebagai vektor penyakit Japanese Encephalitis.
4 jenis nyamuk di atas hanyalah pengelompokan sederhana. Di dunia sebenarnya ada lebih dari 3.700 jenis nyamuk, sebagian diantaranya merupakan vektor penyebar penyakit. Tulisan di The Guardian tahun 2019 yang berjudul “People v mosquitos: what to do about our biggest killer“ menuliskan bahwa perkiraan data dunia sejak tahun 2000 jumlah orang yang meninggal akibat gigitan nyamuk adalah sekitar 2 juta orang per tahunnya, jauh lebih tinggi dari kematian akibat binatang lain.
Pengendalian nyamuk dilakukan dengan cara fisik, biologi, kimiawi dan atau gabungan dari semuanya. Kita kenal di lapangan program 3M plus, yang harus terus digalakkan dari waktu ke waktu.
Prof Tjandra Yoga Aditama
Direktur Pascasarjana Universitas YARSI / Adjunct Professor Griffith University
Warga Kecamatan Cilandak