Pada 22 Juli 2025 ini saya kembali langsung berdialog dengan para Ibu-Ibu Kader Kesehatan, kali ini di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Dalam pertemuan seperti ini saya selalu terkesan dengan antusiasme dan semangat Ibu-Ibu kader ini, serta dasar pengetahuan kesehatan yang dimiliki untuk menjalankan kegiatan sebagai kader. Semua ini kembali menunjukkan bahwa di kota Metropolitan dan Global seperti Jakarta (dan bahkan Jakarta Selatan) maka masih banyak warga masyarakat yang siap suka rela berperan dalam kesehatan warga kota. Tentu Pak Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta berbesar hati karena semangat warga kota merupakan amat modal penting bagi kesuksesan program Jakarta dan sejalan dengan slogan “Jakarta Menyala”.
Pada kesempatan hari ini saya mengangkat diskusi tentang beberapa aspek tentang Surveilans Berbasis Masyarakat. Waktu saya tanya apa itu arti surveilans maka Ibu-Ibu kader (dan Ketua RW yang hadir) dengan cepat menyebutnya sebagai survei, waktu saya tanya lebih lanjut disebutkan adalah pengumpulan data, artinya para kader setidaknya mengenal istilah ini. Kemudian saya lengkap bahwa surveilans adalah pengumpulan data terus menerus dan diikuti langkah sesuai perkembangan yang ada. Ditegaskan bahwa dengan pengumpulan data terus menerus ini maka kita akan dapat setidaknya tiga hal. Pertama adalah “trend” atau kecenderungan perkembangan data dari waktu ke waktu, ke dua akan dapat di deteksi dini kalau ada peningkatan kasus masalah kesehatan tertentu sejak awalnya. Ke tiga tentu akan membuka jalan untuk melakukan tindakan segera untuk mengatasi suatu keadaan awal dari suatu masalah kesehatan agar tidak makin berkembang. Saya sampaikan bahwa bukan hanya KLB atau wabah, bahkan pandemi saja selalu bermula dari kasus-kasus awal atau “indeks kasus” yang tidak tertangani dan lalu penyakitnya menyebar dan bahkan menular luas. Walaupun Ibu-Ibu kader yang saya jumpai ini adalah “jumantik” (juru pemantau jentik) untuk program Demam Berdarah Dengue (DBD) tapi saya sampaikan bahwa kalau ada masalah kesehatan apapun yang dilihat atau di amati ketiga sedang melakukan kegiatan jumantik maka tolong sekalian dipantau dan kalau dianggap perlu dilaporkan ke Puskesmas Kecamatan Kebayoran baru ini. Masyarakat merupakan bagian tidak terpisahkan dari keguatan surveilans, dan inilah uang disebut “Surveilans Berbasis Masyarakat – SBM”.
Saya diskusikan juga tentang pengertian vektor, dimana yang menjadi penyebab penyakit menular bukanlah sang vektor, tetapi mikro organisme yang dapat berupa bakteri, virus, jamur atau parasit. Vektor penyakit adalah organisme, biasa hewan atau serangga, yang membawa dan menularkan patogen (penyebab penyakit) dari satu inang ke inang lain, baik itu manusia atau hewan. Dengan kata lain, vektor berperan sebagai perantara dalam penyebaran penyakit. Karena vektor berhubungan dengan penyakit menular maka saya sampaikan juga dua hal. Pertama ada penyakit yang tidak ditularkan oleh vektor, tapi langsung menular dari orang ke orang, misalnya tentu COVID-19 dan Tuberkulosis. Ke dua, selain penyakit menular maka tentu ada Penyakit Tidak Menular (PTM), dimana satu faktor risiko dapat berhubungan dengan beberapa jenis penyakit sekaligus. Rokok misalnya, berhubungan dengan kejadian kanker paru, tapi juga gangguan jantung dan pembuluh darah, “stroke” dll.
Sebagaimana kegiatan dengan Ibu-Ibu kader diakhiri dengan foto bersama seperti di foto ini, yang juga disambut amat antusias. Semoga semangat Ibu-Ibu Kader Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru, juga di Puskesmas lain seperti Cilandak dan Kebayoran Lama serta wilayah lain di Jakarta dan negara kita dapat terus dipupuk subur oleh petugas kesehatan dan pimpinan daerah setempat. Ini adalah “bala tentara” garda terdepan yang jelas bersama masyarakat menangani masalah kesehatan bersama. Kebetulan pada 22 Juli 2025 saya mengikuti rapat di Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI) yang juga akan melakukan pelatihan kader Tuberkulosis di Jakarta dalam waktu dekat ini. Ini adalah bentuk lain bagaimana Organisasi Masyarakat berjuang di lapangan bersama kader-kader mereka juga.
Prof Tjandra Yoga Aditama
Warga Jakarta yang secara mandiri ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan Puskesmas