Perempuan dan Kesehatan

21 April hari ini adalah Hari Kartini, dimana Indonesia menunjukkan peran penting perempuan dalam kehidupan bangsa, yang tentunya masuk juga aspek kesehatan.
Menurut WHO, di dunia kenyataannya ada perbedaan bermakna antara kesehatan laki-laki dan perempuan, dan ini terjadi karena dua faktor. Pertama adalah faktor biologik dan ke dua faktor gender.

Disebutkan juga oleh WHO bahwa dibanyak negara kesehatan perempuan dan remaja putri perlu dapat perhatian khusus karena setidaknya ada empat faktor sosio kultural yang mempengaruhinya. Pertama adalah masih terjadinya tidak setara hubungan (“unequal power relationships”) antara laki-laki dan perempuan dalam keluarga dan atau masyarakat. Ke dua, norma sosial tertentu yang menyebabkan terbatasnya kesempatan pendidikan dan kerja untuk perempuan. Ke tiga, adanya fokus bahwa peran penting perempuan adalah di bidang reproduksi, dan ke empat adanya potensi -dan bahkan sudah terjadi- kekerasan pada perempuan, baik dalam kekerasan fisik, sexual atau juga emosional. Tentu ke empat faktor sosiokultural ini tidaklah terjadi universal. Kita tahu bahwa banyak negara -termasuk negara kita- yang menjunjung tinggi peran perempuan, antara lain dengan peringatan Hari Kartini hari ini.
Selain ke empat faktor di atas, WHO juga menyatakan bahwa walaupun kemiskinan tentu punya dampak besar bagi kesehatan laki laki dan perempuan, tetapi nharus diakui bahwa dampak pada perempuan seringkali lebih besar.

Data dunia tahun 2023 menunjukkan bahwa 49.75% penduduk dunia adalah perempuan, tetapi secara umum kebutuhan kesehatannya belumlah terpenuhi dengan baik. WHO pernah menyampaikan enam prioritas kesehatan perempuan dan remaja putri yang harus jadi perhatian dunia, dan tentunya juga negara kita. Karena prioritas ini di buat tahun 2021 maka yang pertama adalah mengatasi tidak setaraan gender dalam penanganan COVID-19. Artinya, di masa kini dan mendatang ini berarti mengatasi tidak setaraan gender dalam penanganan berbagai penyakit menular yang ada di dunia dan negara kita. Ke dua, meningkatkan peran penting perempuan dalam tugasnya sebagai petugas kesehatan. Ke tiga, cegah dan tangani kekerasan pada perempuan, dan ke empat tersedianya jaminan pelayanan reproduksi bagi semua yang memerlukannya. Ke lima, mengendalikan masalah penyakit tidak menular (PTM) pada perempuan dan ke enam terus meningkatkan peran perempuan dan pengembangan sains dan juga kesehatan masyarakat.

Semoga kita memaknai Hari Kartini dengan juga mengimplementasi enam prioritas kesehatan perempuan ini.

Prof Tjandra Yoga Aditama
Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI