Lima aspek Kolaborasi Regional One Health  di Shenzhen

Mekanisme acara Simposium Internasional One Health di Shenzhen kali ini cukup menarik. Sesudah sepanjang hari presentasi dan diskusi tanya jawab sebagaimana biasa, maka di sore harinya ada 1 jam plennary umum yang membahas satu topik lintas topik, dengan panelis dari berbagai negara yamg langsung diskusi di panggung membahas langsung pertanyaan dari moderatornya. Di hari pertama, topik nya adalah bagaimana memutuskan rantai penularan dan di hari kedua membahas kolaborasi regional tentang “One Health” atau Satu Kesehatan, suatu kerja bersama kesehatan manusia, kesehatan hewan dan kesehatan lingkungan.
Saya menjadi salah satu panelis di hari ke dua, bersama pakar dari Tiongkok, Thailand, Singapura, Senegal serta Direktur Emergency WHO Western Pacific Regional Office (WPRO) dan dari Fleming Fund. Ada lima hal yang saya sampaikan tentang kenapa diperlukannya kolaborasi regional ini. Pertama, negara dalam satu region cenderung punya latar belakang sosial budaya yang relatif sejalan, sehingga lebih mudah terikat dalam suatu kesepahaman. Dalam hal ini tentu kerjasama “One ASEAN” menjadi salah satu contoh baiknya. Hal kedua, kolaborasi regional amat berhubungan dengan dinamika geo politik yang jelas-jelas mempengaruhi berbagai segi kehidupan, termasuk kesehatan. Ke tiga adalah antisipasi kemungkinan penularan penyakit lintas batas negara (“cross border”), yang tentu juga mempertimbangkan bahwa masyarakat dua negara berbeda yang berbatasan langsung mungkin secara sosial budaya sangat dekat dan bahkan bisa saja dalam satu desa ada sebagian yang masuk negara A dan sebagian lain di negara B. Ke empat, pembagian regionalisasi organisasi dunia juga berbeda-beda, termasuk antara WHO, FAO, WOAH dan UNEP yang beda-beda cakupan negaranya. Ke lima, saya tekankan bahwa untuk kolaborasi regional maka pihak kesehatan jelas perlu kerjasama dengan para diplomat, yang memang menguasi lika liku dan dinamika negosiasi internasional.
Simposium Internasional One Health di Shenzhen diselenggarakan oleh Southern University of Science and Technology dengan Shenzhen Third People’s Hospital, China One Health Network dan Griffith University Brisbane Australia. Saya dan Dr Dicky Budiman dari Sekolah Pascasarjana  Universitas YARSI menjadi pembicara di acara ini,
dimana saya menjadi Adjunct Professor Griffith University dan Dr Dicky Budiman juga lulusan PhD dari sana pula.
Prof Tjandra Yoga Aditama
Direktur Pascasarjana Universitas YARSI  /  Adjunct Professor Griffith University
Ditulis di bandara Shenzhen Bao’an International Airport