Saya sedang di Shenzhen China untuk menjadi pembicara pada “The 2025 International Symposium for One Health Research and Practice”, yang diselenggarakan oleh Southern University of Science and Technology dengan Griffith University (dimana saya menjadi Adjunct Professor), Shenzhen Third People’s Hospital dll.
Di Jakarta -mungkin juga kota besar lain- kita sudah lihat robot jalan sendiri di mall dan Rumah Sakit kita. Karena itu saya tidak heran waktu lihat robot mondar mandir di hotel saya di Shenzen ini, dam juga di Shenzen third people’s hospital tempat acara dimana saya mempresentasikan makalah. Tetapi lalu ada dua hal yang “menarik”. Pertama, waktu saya dan beberapa teman turun dari lantai 9 ke lantai dasar maka lift kami berhenti di lantai 5, padahal tidak ada dari kami yang mau turun di lantai 5. Waktu pintu lift terbuka, ternyata tidak ada orang, hanya ada robot. Rupanya “sang robot” inilah yang menghentikan lift kami di lantai 5, entah bagaimana “dia” memencet tombolnya. Itu “kekaguman” pertama. Nah yang ke dua, karena kami ada beberapa orang di dalam lift maka tadinya kami tidak mau “mengizinkan” si robot masuk. Ternyata tidak bisa, “sang robot” tetap saja bergerak ke pintu masuk lift, sehingga kami terpaksa bergeser ke pinggir dan dengan tenang “sang robot” lalu masuk dan turun bersama ke lantai dasar, lalu kami keluar dan saya tidak tahu bagaimana “nasib” robot ini selanjutnya dan ke lantai mana dia akan pergi. Bukan hanya saya, teman saya orang Australia yang tinggal di Singapura juga ikut komentar tentang “perilaku” robot di rumah sakit Shenzen ini.
Dua hal lain yang juga menarik. Pertama, di Shenzen ini -seperti juga kota laih di China- banyak sekali motor/skuter/sepeda listrik di jalan dan juga di trotoar. Hebatnya, di rumah sakit Shenzen ada tempat parkir khusus untuk motor/skuter/sepeda listrik ini, tepat di gerbang masuk RS. Ke dua, waktu saya dapat snack box di dalam rumah sakit, ternyata dalam kotak nya ada, makanan, minuman dan juga sarung tangan plastik, jadi kita bisa makan dengan bersih. Malamnya saya dan istri makan di toko roti, dan pada kami juga dihidangkan roti, minum dan juga dua sarung tangan plastik pula, rupanya ini jadi kebiasaan yang mungkin dapat kita pertimbangkan juga di negara kita.
Prof Tjandra Yoga Aditama
Dari Shenzhen, Tiongkok, mengikuti “The 2025 International Symposium for One Health”
Direktur Pascasarjana Universitas YARSI / Adjunct Professor Griffith University
Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit serta Mantan Kabalitbangkes
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara