Harapan Kesehatan bagi Calon Pemimpin Bangsa

Hari-hari sekarang ini kita mengikuti dengan cermat berbagai pembicaraan tentang calon Presiden dan Wakil Presiden, yang akan kita pilih pada 14 Februari mendatang. Berbagai aspek dan program kerja sudah disampaikan dan di hari mendatang tentu masih akan dibahas luas. Pada kesempatan kali ini mari kita lihat bagaimana aspek dan sektor kesehatan yang kita harapkan dipersiapkan oleh para Pasangan Calon (Paslon) dan dilaksanakan oleh pimpinan bangsa dalam lima tahun kedepan.

Misi & Debat

Kalau kita lihat Visi Misi para Paslon seperti yang tercantum di laman Komisi Pemilihan Umum, maka semua Paslon mempunyai masing-masing delapan misi dan semua menempatkan kata “sehat” di dalam misinya. Paslon ke satu, dalam misi ke empat menuliskan “Mewujudkan manusia Indonesia yang sehat, cerdas, produktif, berakhlak serta berbudaya. Paslon ke dua menuliskan dalam misi ke empatnya, “Memperkuat pembangunan sumber daya manusia (SDM), sains, teknologi, pendidikan, kesehatan, prestasi olahraga, kesetaraan gender, serta penguatan peran perempuan, pemuda (generasi milenial dan generasi Z), dan penyandang diabilitas. Paslon ke tiga memasukkan dalam misi pertamanya, yaitu “Manusia Indonesia yang sehat terdidik dan sejahtera.

Baik juga kalau kita lihat tentang materi kesehatan dalam debat Paslon, suatu acara yang selalu di tunggu-tunggu dan selalu  banyak mendapat komentar luas.  Kita ketahui bahwa pada penyelenggaraan Pemilu 2024 kali ini debat capres akan berlangsung selama tiga kali, sedangkan debat cawapres dua kali, jadi total ada lima kali. Aspek kesehatan ternyata memang tidak dibahas di debat-debat awal. Kesehatan baru akan dibicarakan pada debat ke lima, yang terakhir, pada 4 Februari 2024, sepuluh hari sebelum hari pencoblosan. Debat ke lima dan terakhir ini akan mengangkat tema “Kesejahteraan Sosial, Kebudayaan, Pendidikan, Teknologi Informasi, Kesehatan, Ketenagakerjaan, Sumber Daya Manusia, dan Inklusi”. Tentu kita berharap agar penempatan kesehatan di urutan paling akhir debat ini tidak mengurangi maknanya, karena kita tahu bahwa kesehatan merupakan salah satu pilar penting kehidupan. Apalagi, kita baru saja mengalami pandemi COVID-19 dimana sektor kesehatan menjadi masalah utama bangsa, dan bahkan masalah utama dunia. Juga kita berharap agar kesehatan cukup banyak dibahas dalam debat ke lima nanti, mengingat cakupan tema debat sangat luas dan masing-masing topik tentu punya porsi penting pula.  Kita amat berharap agar debat kelima ini akan mengangkat tema kesehatan yang sifatnya strategis dan benar-benar dapat meningkatkan derajat kesehatan bangsa, tidak hanya bicara tentang satu atau beberapa penyakit dan masalah kesehatan tertentu  semata.

Menjaga kesehatan

Tentu kita berharap bahwa semua pasangan calon sudah menyadari bahwa situasi sehat bukan hanya menyembuhkan orang yang sudah jatuh sakit, tetapi yang jauh lebih penting adalah agar masyarakat kita yang sehat dapat tetap menjaga status kesehatannya. Kita ingat pula bahwa definisi sehat menurut WHO adalah keadaan sempurna secara fisik, mental, serta sosial, dan tidak hanya terbebas dari penyakit dan kecacatan. Sehat adalah hak paling mendasar dari setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, ras, agama, politik, dan kondisi sosial ekonominya.

Pengertian sehat di atas menunjukkan bahwa program kesehatan bukan hanya menyembuhkan yang sudah sakit, jauh lebih luas dari itu. Jelasnya, memberi prioritas pada penyakit dan masalah kesehatan tertentu tentu penting, tetapi menjaga kesehatan agar tidak jatuh sakit adalah lebih penting pula. Dengan kata lain, tentu baik saja membangun rumah sakit dan pelayanan spesialistik secara amat lengkap ,dan bahkan bertaraf internasional, tetapi jauh lebih penting lagi melakukan berbagai program kesehatan masyarakat langsung di masyarakat agar anak bangsa dapat melakukan kebiasaan hidup bersih dan sehat dengan baik dan konsisten. Sebagai contohnya saja, membangun jamban di desa dapat punya peran sama pentingnya dengan mengadakan alat CT Scan di kota besar

Secara umum setidaknya ada lima aspek mendasar tentang kesehatan, yang kita harapkan akan jadi program kerja pimpinan bangsa di masa datang. Pertama adalah menjaga yang sehat untuk tetap sehat, seperti sudah di sampaikan di atas. Ke dua mencegah supaya yang sehat jangan sampai jatuh sakit dan ke tiga mendeteksi sejak amat dini kalau-kalau ada gangguan kesehatan. Ke empat tentu perlu tersedia pelayanan kesehatan untuk menangani mereka yang sudah jatuh sakit. Hal ke lima, adalah menjaga ketahanan kesehatan bangsa (“national health security”) agar kita siap dan resilien menghadapi berbagai kemungkinan wabah, pandemi dan masalah kesehatan besar di tahun-tahun mendatang.

 

Yang perlu dilakukan

Ada berbagai pendekatan dan program yang dapat dilakukan guna peningkatan derajat kesehatan bangsa kita. Yang sudah banyak dibicarakan adalah penerapan program promotif dan preventif yang menjadi amat penting untuk benar-benar dilaksanakan. Memang sudah selalu disebutkan pentingnya program promotif dan preventif, tetapi pada kenyataannya tidak selalu menjadi prioritas utama. Dalam hal ini perlu disediakan sarana, prasarana dan kemudahan untuk masyarakat hidup sehat. Ini mencakup upaya kesehatan yang amat luas, termasuk mulai dari ketersediaan gizi yang sehat bagi seluruh lapisan masyarakat, tersedianya sarana melakukan aktifitas fisik dan olah raga, pengendalian pencemaran udara dan pencemaran lingkungan lain yang mungkin mengganggu kesehatan serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya. Hal ini bahkan dapat ditarik ke perspektif lebih luas lagi, misalnya ketersediaan lapangan kerja dan jaminan penghasilan yang memadai yang membuat seseorang dapat menjalankan hidupnya dengan sehat dan bahagia. Juga perlu diperhatikan pentingnya pendekatan pembangunan berwawasan kesehatan dimana segala aspek pembangunan harus perlu menimbang aspek kesehatan sebagai paramater pentingnya.

Khusus tentang preventif, perilaku hidup bersih dan sehat tentu punya dampak utama dalam mencegah berbagai penyakit. Sudah sering disebutkan bahwa daya tahan tubuh yang baik akan mampu mencegah seseorang jadi jatuh sakit, walaupun disekitarnya sedang berkecamuk penyakit tertentu. Dalam hal pencegahan penyakit maka tentu vaksinasi merupakan salah satu komponennya pula.

Selain program menjaga kesehatan dan mencegah penyakit, maka tentu perlu upaya nyata deteksi sedini mungkin bila mungkin akan terjadi penyakit. Untuk ini perlu dilakukan upaya surveilan yang terstruktur dengan baik diseluruh pelosok negeri kita, didukung dengan kemampuan pemeriksaan laboratorium yang baik pula. Apapun masalah kesehatan menonjol yang terjadi di pelosok nusantara manapun perlu segera terdeteksi dan dilakukan penanganan yang cepat agar tidak berkembang menjadi masalah kesehatan yang luas. Untuk tingkat perorangan, perlu  tersedianya sarana untuk melakukan pengecekan kesehatan berkala walaupun tidak sedang sakit, baik di kota maupun di desa. Orang dapat datang ke Puskesmas misalnya, bukan hanya untuk berobat kalau sakit, tetapi datang untuk mengecek rutin kesehatannya, tekanan darah atau laboratorium rutin, atau meminta nasehat gizi atau cara olahraga yang baik sesuai umurnya, atau konsultasi berhenti merokok dan kegiatan lain sejenis.

Kalau toh akhirnya sudah terjadi sakit maka tentu perlu pengobatan yang baik bagi seluruh lapisan masyarakat. Dalam hal ini, selain tentu harus tersedia pelayanan spesialistik yang canggih di rumah sakit, maka kita kenal konsep “Universal Health Coverage – UHC” dimana setiap orang harus dapat mengakses pelayanan kesehatan yang bermutu tanpa harus membebani kantongnya. Di negara kita UHC ini diimplementasikan dalam bentuk program Jaminan Kesehatan Nasional – JKN yang sistem keuangannya dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Konsep lain yang juga penting diterapkan adalah pelayanan kesehatan primer (“Primary Health Care – PHC) di seluruh pelosok negara kita, termasuk daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan.

Khusus tentang pandemi, kita bersyukur bahwa COVID-19 sudah tertangani dengan baik di dunia dan di negara kita. Pengalaman hampir tiga tahun di masa pandemi memberi banyak pelajaran pada kita, termasuk ternyata kita dan dunia tidak siap menghadapi krisis kesehatan besar. Di sisi lain, dari pengetahuan yang berkembang maka kita tahu bahwa akan ada pandemi lagi di masa datang, hanya kita tidak tahu kapan terjadinya dan penyakit apa yang ada menjadi pencetusnya. Selain pandemi maka akan mungkin ada berbagai wabah dan masalah kesehatan yang akan kita hadapi. Semua ini membutuhkan kesiapan (“preparedness”) yang baik, dalam bentuk ketahanan kesehatan (“health security”) yang mumpuni, perlu disiapkan secara rinci dan diimplementasikan di lapangan. Kalau di tentara kita kenal latihan perang-perangan secara berkala maka untuk ketahanan kesehatan kita perlu juga melakukan latihan berkala secara rutin, katakanlah semacam “pandemi-pandemian” agar ketika wabah atau pandemi datang maka kita sudah siap dan jangan makan korban berlebihan. Di sisi lain maka perlu dilakukan program penelitian kesehatan untuk mengantisipasi kemungkinan penyakit yang baru yang belum ada vaksin dan obatnya.

Sebagai penutup disampaikan tiga komponen penting dalam suksesnya program kesehatan di negara kita. Pertama adalah komitmen politik yang berorientasi kesehatan oleh penentu kebijakan publik, baik di tingkat nasional, propinsi dan kabupaten / kota. Kedua adalah dukungan anggaran kesehatan yang memadai untuk menangani masalah dari hulu ke hilir, dan ke tiga adalah sumber daya manusia (SDM) kesehatan yang  mumpuni dan melayani dengan hati.

Pembicaraan hari-hari ini tentang calon pemimpin kita banyak diwarnai aspek penting politik, hukum, ekonomi, pertahanan dan hal populer lainnya. Semua aspek itu memang amat penting dalam kehidupan bernegara, tetapi ingatlah bahwa kalau tidak ada kesehatan maka semua akan jadi percuma saja, seperti kata bijak “health is not everything, but without health everything is nothing”. Semoga pemimpin bangsa kita lima tahun ke depan akan dapat meningkatkan derajat kesehatan kita semua, dan semoga lima tahun lagi pada 2029 (satu tahun sebelum target “Sustainable Development Goal -SDG”) maka berbagai indikator kesehatan Indonesia akan membaik secara amat bermakna.

 

Tjandra Yoga Aditama
Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI
(Artikel ini sudah di muat di Harian Kompas 1 Februari 2024)