China memang terkenal dengan segala yang besar, yang paling spektakuler tentu Tembok Besar China. Kini di era modern pun banyak sekali produksi bangunan dan barang-barang yang besar disana.
Nah, sekitar 1 jam perjalanan dari kota Chongqing (kota yang sedang “top” dengan kereta yang berjalan “menembus” apartemen) pagi ini saya berhenti di rest area, dan saya cukup terperangah melihat 2 truk yang tadinya saya kita truk tangki. Herannya “tangki” yang dibelakang kok panjaaang sekali, saya heran ini bawa “minyak” apa. Ketika saya tanya ke petugas setempat maka ternyata ini bukan truk tangki bahan bakar. Truk ini ternyata membawa satu baling-baling turbin angin raksasa sepanjang lebih dari 50 meter. Baling baling turbin raksasa ini merupakan bagian dari proyek pembangkit listrik tenaga angin, yang diberitakan dapat menghasilkan listrik sampai 50 megawatt.
Kemudian saya cek dan ternyata pernah ada berita tentang hal ini dimana
untuk pembangunan pembangkit listrik ini maka ada beberapa truk yang masing-masing membawa satu baling-baling ini ber konvoi bersama-sama di jalan raya.
Saya dalam perjalanan dari Chongqing ke Qianjiang (melewati banyak sekali terowongan sampai ada yang 14 km panjangnya), dimana masyarakat aslinya adalah Suku Miao. Yang menarik suku ini amat menguasai tentang racun. Mereka juga punya piring khusus dari perak yang kalau makanannya ada racunnya maka piring dapat berubah warna, sehingga tidak jadi dimakan. Konsep yang sama juga ada di India, di mana di museum di kompleks Taj Mahal juga ada piring dari bahan gelas yang disampaikan akan berubah warna juga kalau makanannya beracun. Deteksi pencemaran makanan memang selalu jadi perhatian, sejak masa lalu bahkan sampai masa kini.
Prof Tjandra Yoga Aditama
Dalam perjalanan dari Chongqing ke Qianjiang.


