Peringatan Hari AIDS Sedunia 2025 menjadi kesempatan bagi seluruh pemangku kepentingan untuk memperkuat solidaritas, kolaborasi lintas sektor, dan partisipasi masyarakat. Melalui semangat bersama hadapi perubahan, jaga keberlanjutan layanan HIV , mari bersama mewujudkan Indonesia tanpa stigma, diskriminasi, dan infeksi baru HIV.
Para penggiat pengendalian dan pencegahan HIV AIDS di DKI Jakarta semangat mendorong penthahelik memberikan dukungan pada orang dengan HIV (ODHIV) agar meningkatkan kesehatan dirinya dan tidak menularkan pada orang lain.
Agar dorongan dan dukungan lebih luas akhirnya lahir organisasi Perkumpulan Pengendalian HIV AIDS (PPHA) Jakarta
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi yang juga Kepala Yarsi HIV AIDS Care, dr Maya Trisiswati,M.KM (dokter Maya) menyatakan itu saat Deklarasi Perkumpulan Pengendalian HIV AIDS (PPHA) Jakarta,Minggu, 30 Nopember 2025 di Patung Sudirman jalan Jenderal Sudirman Jakara.
Dokter Maya yang juga Ketua 1 PPHA Jakarta menjelaskan,pengendalian HIV AIDS dibutuhkan perjuangan kuat melawan Virus HIV, melawan Stigma, melawan diskriminasi.
Deklarasi ini memiliki momentum penting karena bertepatan dengan peringatah Hari AIDS se Dunia 1 Desember 2025 yang diperingati masyarakat diseluruh dunia. Pada Tahun 2025 ini, mengusung tema, tingkat Global : “Overcoming Disruption, Transforming the AIDS Response” sedangkan tingkat nasional “Bersama Hadapi Perubahan: Jaga Keberlanjutan Layanan HIV ”
Tema itu menegaskan pentingnya kebangkitan dan perubahan menyeluruh dalam menghadapi berbagai tantangan yang menghambat pencapaian target Ending AIDS 2030.
Selain itu khusus Indonesia tema ini mengingatkan kita semua bahwa perjalanan menuju Indonesia bebas AIDS bukan hanya tentang upaya medis, tetapi juga tentang keberlanjutan layanan, komitmen Bersama-sama.
Deklarasi itu diwujudkan dengan penandatanganan teks Deklarasi yang di tandatangani para pendiri dan perwakilan penggiat HIV AIDS .selain itu deklarasi ini bentuk nyata dari kolaborasi seluruh elemen – pemerintah, masyarakat, komunitas, dan relawan untuk memperkuat langkah-langkah pengendalian HIV AIDS, memastikan layanan tetap berjalan, serta memberikan dukungan yang manusiawi dan berkesinambungan bagi semua yang terdampak.
“Pengendalian HIV AIDS tidak dapat berjalan sendiri-sendiri, tetapi membutuhkan komitmen bersama, PPHA siap untuk itu,” tutup dokter Maya.

Ketua 2 PPHA Jakarta Dr. John Marbun MKM ( Pak John Marbun) melengkapi, terbentuknya organisasi PPHA agar bisa lebih dapat membantu Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, masyarakat dan stakeholder lainnya untuk mempercepat upaya pencegahan dan penanggulangan HIV AIDS nenuju Ending AIDS Tahun 2030 di Jakarta.
Deklarasi PPHA mengusung tema “Mari Bersama hadapi perubahan dan berkontribusi menjaga keberlanjutan untuk mengurangi stigma dan diskriminasi serta mencegah munculnya infeksi baru serta terjadinya kematian akibat AIDS”
Deklarasi itu diwujudkan dengan penandatanganan teks Deklarasi yang di tandatangani para pendiri dan perwakilan penggiat HIV AIDS. Para Deklarator merupakan pelaku Pengendalian HIV AIDS DKI Jakarta berasal dari 5 Wilayah Kota dan 1 Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu memiliki komitmen dalam pencegahan dan pengendalian HIV AIDS.
Alasan deklarasi di Patung Sudirman, karena Jenderal Sudirman seorang pejuang melawan kekejaman penjajah., Lokasi ini menjadi Ikon perjuangan. Pengendalian HIV AIDS dibutuhkan perjuangan yang kuat melawan Virus HIV, melawan Stigma, melawan Diskriminasi, sehingga lewat PPHA dapat memperteguh komitmen para penggiat pengendalian dan pencegahan HIV AIDS di DKI Jakarta.
Dalam acara dibacakan ikrar deklarasi berbunyi :1,Wujudkan Jakarta terbebas HIV AIDS. 2. Rapatkan barisan dan memperkuat kolaborasi untuk mengakhiri ending AIDS 2030. 3 Siap menghadapi perubahan dan menjaga keberlanjutan program penanggulangan HIV AIDS
Ayo Jakarta kita bersama hadapi perubahan bersama PPHA Jakarta, jaga keberlanjutan layanan HIV. “Mau tahu HIV AIDS, tanya kami PPHA. Dahulu Bernama Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi (KPAP),” terang Pak John Marbun (Usman)


