Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita. Penyebabnya kekurangan gizi kronis dan terjadinya infeksi berulang, sehingga anak lebih pendek untuk usianya yang terjadi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Pada 1000 Hari Pertama Kehidupan, kompleksitas dari stunting memberikan dampak cukup buruk. Pada dampak jangka pendek, perkembangan otak terganggu sehingga menghasilkan gangguan kognitif dan prestasi belajar dalam jangka panjang, serta pertumbuhan massa tubuh terganggu sehingga mengakibatkan kekebalan kapasitas kerja pun terganggu.
Selanjutnya,paling mengancam, terjadinya perubahan metabolisme dalam sel sehingga berbagai sumber gizi diolah secara tidak normal mengakibatkan korban stunting mengalami berbagai penyakit. Seperti diabetes, obesitas, kanker, dan lain sebagainya.
Rektor Universitas Yarsi, Prof. dr. Fasli Jalal, SpGK, PhD mengatakan,terdapat beberapa strategi nasional untuk pencegahan adanya stunting kini sedang dilaksanakan. Adanya komitmen kepala negara, gerakan Kampanye Nasional dan Komunikasi Perubahan Perilaku, dilaksanakannya Konvergensi Program Pusat, adanya Ketahanan Pangan dan Gizi, serta dilakukan Pemantauan dan Evaluasi.
“Tantangan terbesar dalam menangani stunting saat ini adalah di tingkat desa,” tutur Prof Fasli sapaan hormat untuk rektor Universitas Yarsi, saat menjadi pembicara webinar Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Andalas dan Dies natalis Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (FK Unand) ke-66, kemarin.
Menurut Prof Fasli, juga alumni FK Unand, stunting memang banyak ditemukan di berbagai desa, Untuk menangani hal ini, diharapkan optimalisasi peran kader pembangunan manusia di desa, mengidentifikasi cakupan paket layanan pencegahan stunting. Meliputi layanan kesehatan ibu dan anak, layanan konseling gizi terpadu, layanan air bersih dan sanitasi, layanan jaminan Sosial, dan layanan pendidikan anak.
Universitas Yarsi telah turut serta dalam upaya penurunan stunting dengan melakukan pendampingan pada Kabupaten Pandeglang dan melakukan kerjasama dengan industri dan stakeholders lain dalam program nasional percepatan penurunan stunting.
Terkait Stunting, Kepala BKKBN, dr.Hasto Wardoyo,Sp.OK(K) juga sebagai pembicara webinar ini mengatakan,jika kita mampu menginkubasi proses reproduksi, bantuan sampai ke ibu hamil serta bayi dan dikawal dengan ketat, maka kita bisa menghadirkan anak tidak stunting.
Terkait dengan hal ini, BKKBN pun memfokuskan program refokusing 3 bulan sebelum pernikahan diantaranya, pemeriksaan Kesehatan (skrining), pembekalan kespro, program keluarga berencana, hingga bantuan bagi keluarga yang berisiko tinggi stunting.
Hasto pada kesempatan ini juga menyebutkan faktor mempengaruhi kejadian sunting. Secara tidak langsung seperti sanitasi, pendidikan, sosial ekonomi dan kemiskinan. Kemudian intermediate seperti jarak anak , jumlah anak dan umur ibu. Sementara secara langsung berupa nutrisi, air susu ibu dan penyakit.
Pembicara lain tampil dalam webinar ini, dr.Amrizal M.Nur, MSc, PhD Kuwait University, Prof.Dr.dr Yusrawati Spog(K) dari FK Unand dan dr. Sheela Moorthy dari Paediatric USA.
Penulis Dimas, Anggun, Nissa