Lansia Bukan Problem, Tapi Opportunity

Indonesia mulai memasuki periode aging population, dimana terjadi peningkatan umur harapan hidup ,diikuti peningkatan jumlah lanjut usia(Lansia). Peningkatan jumlah penduduk lansia dari 18 juta jiwa (7,56%) tahun 2010, menjadi 25,9 juta jiwa (9,7%) pada tahun 2019. Diperkirakan akan terus meningkat, tahun 2035 menjadi 48,2 juta jiwa (15,77%).

Dalam tataran global, situasi ini tidak jauh berbeda bahkan mungkin lebih memprihatinkan.  Namun penambahan usia harapan hidup itu sering berlangsung dengan tidak memuaskan, timbul berbagai penyakit ,termasuk  degeneratif. Disini peran dan dukungan penelitian berkesinambungan perlu dilakukan agar penerapan dan penanganan tepat guna dan efisien

Prof Andrea B Maier menyatakan, elderly atau lansia bukanlah problem Menurutnya, lansia lebih ke opportunity  dan saatnya masukan hasil penelitian ditunggu

 Kini penelitian penuaan telah mengalami kemajuan  selama beberapa tahun terakhir. Terutama dengan penemuan laju penuaan dikendalikan, setidaknya sampai batas tertentu, oleh pendekatan genetik dan proses biokimia dikembangkan dalam sebuah evolusi.

Prof Andrea juga menjelaskan  istilah Geoscience 2.0 meliputi empat aspek penting penelitian penuaan . Penelitian ini  menjadi pilar utama dan implementasinya untuk beberapa tahun selanjutnya.

Pilar pertama menurut Andrea adalah disease cluster yaitu penggolongan penyakit,penyakit datang pada setiap usia dan kita mengetahu penyebabnya.

Pilar kedua adalah Biomarker Klinis. kita perlu mengukur bagaimana seseorang sudah menua dengan alat skrining. Skrining dapat mengukur apakah kita memiliki ingatan cukup baik atau tidak. Selain itu, terdapat beberapa tes . Misalnya dari duduk ke berdiri. Jika seseorang tidak cukup mampu melakukannya, maka orang tersebut sudah mendapatkan ciri-ciri bahwa ia tidak punya kekuatan , lemah artinya sedang mengalami penuaan. Pilar ketiga adalah biological biomarker berkaitan erat dengan biomarker klinis.

Sedangkan pilar terakhir atau keempat  menurut Prof Andrea, geroscience intervention penelitian penuaan, mengarah intervensi klinis dialami  banyak orangtua.

Gerontologi sendiri  adalah ilmu mempelajari berbagai aspek penuaan. “Disebut 2.0, karena ilmu ini tidak hanya tentang temuan riset. Tetapi juga penerapannya, termasuk di klinik sehari-hari, serta dampak pentingnya pada kesehatan masyarakat,” tuturnya

Prof Andrea bicara di webinar ini kemarin sebagai pembicara tamu Sekolah Pascasarjana Program Studi (Prodi) Magister Sains Biomedis Universitas Yarsi, Kuliah umum virtual ini mengambil tema Geroscience 2.0 Lansia Sehat Indonesia diikuti dari berbagai daerah dan  multi profesi.  

Dalam kuliah umum ini Prof. Maier juga mengulas  sembilan ciri-ciri penuaan. Meliputi ketidakstabilan genom, gesekan telomer, perubahan epigenetik, hilangnya proteostatis, penginderaan nutrisi yang dideregulasi, disfungsi mitokondria, penuaan sel, kelelahan sel induk, dan perubahan komunikasi antar sel.

Diakhir penjelasannya Prof Andrea juga ,peneliti senior di bidang ageing and longevity menyatakan, sebenarnya kita perlu berpikir realistik. Aktivitas anti penuaan tidak akan membuat kita hidup 20 tahun lebih lama. Dalam hal ini, pola makan terbaik adalah yang terpenting. Hal itu merupakan salah satu resep terbaik ketika sudah mengalami penuaan.

Sementara itu  Direktur Bina Ketahanan Lansia dan Rentan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)  Erisman juga sebagai pembicara mengatakan, ada dua faktor berpengaruh pada kesehatan lansia.

Pertama faktor Individu  meliputi perilaku, perubahan fungsi karena umum, genetika dan penyakit.  Faktor kedua lingkungan, meliputi meliputi perumahan, teknologi yang membantu lansia, transfortasi dan fasilitas sosial. “Lansia Indonesia tangguh, harus Smart yaitu sehat, mandiri, aktif, produktif,”tutur Erisman

Sementara ketangguhan itu terkait 7 dimensi, berupa  dimensi spritual, sosial kemasyarakatan, emosional, fisik, intlektual, profesional vokasional dan dimensi lingkungan.

Terkait lansia, lansia bukanlah problem tapi opportunity   ,kini BKKBN mempunyai 5 strategi nasional ,yakni peningkatan perlindungan sosial dan jaminan pendapatan kapasitas individu, peningkatan derajat kesehatan dan kualitas hidup lansia, pembangunan masyarakat dan lingkungan ramah lansia, penguatan kelembagaan pelaksana program kelanjutan usia, dan penghormatan perlindungan serta pemenuhan terhadap hal lansia.

 “Kedepan BKKBN akan membentuk sekolah lansia, rencananya tahun depan minimal ada 9 provinsi.” cakap Erisman,

Sisi lain Ketua Yayasan Yarsi ,Prof. dr. Jurnalis Uddin PAK  juga jadi pembicara mengatakan, kondisi disabilitas umum sering terjadi pada kondisi lansia sangat tua. Semakin tua kelompoknya maka semakin besar kemungkinan mereka hidup dalam kondisi disabilitas.

 Lansia memiliki akses fasilitas kesehatan yang lebih baik hanya ada pada angka 40 persen. Jika dilihat dari data tingkat nasional dan mereka berada di Jakarta, Yogyakarta, dan Bali.

6,3% lansia di Indonesia hanya hidup sendirian. Prof Jurnalis memiriskan hal ini, karena para lansia perlu diberikan perhatian khusus. Kemampuan fisik dan mental menurun dapat mempengaruhi kesehatan lansia tersebut.

Menurut Prof Jurnalis, mereka membutuhkan dukungan sosial dan keluarga agar kesehatan mentalnya terjaga. Terkadang, karena hidup sendirian mereka harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonominya.

“Dalam skala nasional proporsi lansia laki-laki bekerja adalah 64,5%, sedangkan lansia perempuan diangka 35,7%.,”tutup Prof Jurnalis

Lansia bukanlah problem, jika ada dukungan dan perhatian lansia menjadi opportunity

Penulis : Anisa, Dimas , Anggun

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *