Harapan Baru Ekonomi Islam Indonesia Pasca Muktamar V IAEI

Pada 16 Mei 2025, dunia ekonomi Islam Indonesia mencatatkan sejarah baru dengan sukses terselenggaranya Muktamar V Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) di Puri Agung, Grand Sahid Jaya, Jakarta. Muktamar ini tidak hanya menjadi ajang silaturahmi dan diskusi para ahli ekonomi Islam, tetapi juga menandai terpilihnya kembali Sri Mulyani Indrawati sebagai Ketua IAEI untuk periode 2025-2030 secara aklamasi. Sebagai tokoh yang juga menjabat sebagai Menteri Keuangan Republik Indonesia periode 2024-2029, terpilihnya Sri Mulyani Indrawati membawa angin segar dan harapan besar bagi perkembangan ekonomi Islam di Indonesia. Kami mengucapkan selamat atas keberhasilan Muktamar V IAEI dan terpilihnya kembali Sri Mulyani Indrawati sebagai nahkoda IAEI. Semoga amanah ini dapat dijalankan dengan penuh tanggung jawab demi kemajuan ekonomi umat.

Bukanlah kebetulan bahwa Sri Mulyani Indrawati, yang memiliki peran strategis sebagai Menteri Keuangan, juga kembali dipercaya memimpin IAEI. Posisi ganda ini menempatkannya pada titik yang sangat penting untuk mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi Islam di Indonesia. Kombinasi antara keahlian ekonominya, pengalaman kepemimpinannya di kancah nasional dan internasional, serta komitmennya terhadap nilai-nilai ekonomi syariah, memberikan fondasi kuat untuk membawa perubahan signifikan. Keberadaan Sri Mulyani Indrawati sebagai Ketua IAEI sekaligus Menteri Keuangan adalah sinyal positif bahwa ekonomi Islam dapat menjadi pilar utama dalam pembangunan ekonomi nasional di masa depan.

Kondisi ini membuka harapan baru akan peran ekonomi Islam dalam mendukung perkembangan ekonomi Indonesia. Ekonomi Islam, dengan prinsip-prinsipnya yang berbasis pada keadilan, keseimbangan, dan keberlanjutan, memiliki potensi besar untuk menjadi motor penggerak ekonomi inklusif. Namun, tantangan yang dihadapi tidaklah ringan. Berdasarkan data yang diungkapkan dalam dokumen rekomendasi Muktamar V IAEI (halaman 26), pangsa pasar keuangan dan ekonomi Islam di Indonesia masih berada di angka sekitar 7%. Angka ini terbilang sangat kecil jika dibandingkan dengan dominasi ekonomi berbasis kapitalisme. Lebih mencolok lagi, angka tersebut menjadi paradoks yang luar biasa mengingat 85% dari penduduk Indonesia, atau sekitar 238 juta jiwa dari total 280 juta penduduk, adalah umat Islam. Realitas ini mencerminkan bahwa potensi besar umat Islam belum tergarap secara optimal dalam konteks ekonomi syariah.

Tantangan ini sekaligus menjadi harapan besar yang dipikul oleh Sri Mulyani Indrawati. Sebagai Ketua IAEI 2025-2030 dan Menteri Keuangan 2024-2029, beliau berada pada posisi yang sangat strategis untuk mengatasi kesenjangan tersebut. Dengan kebijakan yang tepat, koordinasi lintas sektoral, dan dukungan dari berbagai pemangku kepentingan, Sri Mulyani Indrawati memiliki peluang untuk meningkatkan pangsa pasar ekonomi Islam secara signifikan. Tugas ini tidak hanya tentang meningkatkan angka statistik, tetapi juga memastikan bahwa ekonomi Islam dapat memberikan manfaat nyata bagi masyarakat, seperti peningkatan kesejahteraan, pengurangan kesenjangan sosial, dan penguatan ketahanan ekonomi nasional.

Untuk mewujudkan hal tersebut, Indonesia dapat belajar dari negara tetangga, Malaysia, yang telah berhasil mencapai pangsa pasar ekonomi dan keuangan Islam hampir 30%. Keberhasilan Malaysia tidak lepas dari strategi yang terarah, seperti penguatan regulasi keuangan syariah, pengembangan produk keuangan yang inovatif, serta edukasi masyarakat yang masif tentang manfaat ekonomi Islam. Malaysia juga berhasil menciptakan ekosistem yang mendukung pertumbuhan ekonomi syariah, mulai dari perbankan, pasar modal, hingga industri halal. Pengalaman Malaysia ini dapat menjadi cermin bagi Indonesia untuk merumuskan langkah-langkah konkret, seperti memperluas akses keuangan syariah di daerah-daerah, meningkatkan literasi ekonomi Islam, dan mendorong kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan pelaku industri.

Lebih dari sekadar inspirasi, Indonesia harus menetapkan target yang jelas dan terukur. Dalam lima tahun ke depan, hingga akhir masa kepemimpinan Sri Mulyani Indrawati sebagai Ketua IAEI pada 2030, pangsa pasar ekonomi dan keuangan Islam Indonesia mestinya dapat mencapai setidaknya 20%. Target ini bukanlah sekadar angka ambisius, tetapi merupakan ukuran kinerja yang realistis mengingat potensi demografis Indonesia dan posisi strategis Sri Mulyani Indrawati sebagai pengambil kebijakan. Pencapaian 20% ini akan menjadi indikator keberhasilan dalam memanfaatkan momentum untuk memperkuat ekonomi syariah, sekaligus menunjukkan bahwa Indonesia mampu mengejar ketertinggalan dari negara seperti Malaysia.

Muktamar V IAEI telah menetapkan sejumlah rekomendasi yang dapat menjadi panduan bagi Sri Mulyani Indrawati dan jajaran IAEI dalam lima tahun ke depan. Salah satunya adalah memperkuat peran IAEI sebagai think tank yang mampu memberikan solusi berbasis riset untuk pengembangan ekonomi Islam. Selain itu, Muktamar juga menekankan pentingnya sinergi dengan pemerintah, khususnya Kementerian Keuangan, untuk menciptakan kebijakan yang mendukung pertumbuhan ekonomi syariah. Dengan posisi Sri Mulyani Indrawati yang strategis, sinergi ini memiliki peluang besar untuk terwujud, membuka jalan bagi percepatan pengembangan ekonomi Islam di Indonesia.

Harapan nyata kini tertumpu pada kepemimpinan Sri Mulyani Indrawati. Terpilih secara aklamasi dalam Muktamar V IAEI adalah bukti kepercayaan besar dari para ahli ekonomi Islam terhadap visi dan kapabilitasnya. Tantangan untuk meningkatkan pangsa pasar ekonomi Islam dari 7% menjadi setidaknya 20% dalam lima tahun ke depan memang tidak mudah, tetapi dengan posisi strategisnya, dukungan komunitas IAEI, dan pembelajaran dari praktik terbaik seperti Malaysia, target tersebut bukanlah hal yang mustahil. Selamat bekerja, Ibu Sri Mulyani Indrawati, dan selamat menjalankan amanah untuk membawa ekonomi Islam Indonesia menuju masa depan yang lebih cerah. Semoga langkah-langkah yang diambil dapat membawa manfaat besar bagi umat dan bangsa, dengan capaian 20% pangsa pasar sebagai salah satu tonggak keberhasilan yang dinanti.

Semoga…
Nashrun minalllah wa fathun qarib

—————————————————

Muhammad Akhyar Adnan
Prodi Akuntansi FEB Universitas Yarsi