Saya Mei 2025 ini di New York untuk menikahkan putri saya, yang Alhamdulillah sudah berjalan dengan khusuk dan lancar, InshaAllah barokah. Seperti biasa kalau ke luar negeri maka saya selalu menyempatkan ke toko buku, dan kali ini di New York ketemu Buku “Evertyhing is Tuberculosis” tulisan John Green ini. Buku yang baru diterbitkan 18 Maret 2025 ini mendapat penghargaan “New York Times number one bestseller in nonfiction”.
Empat hal menarik pada buku ini. Pertama, disebut bahwa tuberkulosis (TB) bukan hanya penyakit yang disebabkan oleh bakteri tetapi juga karena ulah kesalahan manusia. Ke dua, TB bukan persoalan masa lalu, tetapi masih merupakan masalah global, walaupun sebenarnya dapat disembuhkan. Ke tiga, John Green terinspirasi menulis buku ini karena bertemu pasien TB Henry Reider dari Sierra Leone, dimana ada aspek kemiskinan, kekurangan gizi dan terbatasnya pelayanan kesehatan. Ke empat, bagaimana pentingnya agar diagnosis dan obat mutakhir dapat menjangkau pasien TB yang memerlukannya.
Di sisi lain, saya sampaikan lima anjuran pengendalian tuberkulosis di negara kita, masing-masing untuk pemerintah dan juga masyarakat. Untuk pemerintah, pertama dilakukan penyuluhan kesehatan yang luas dan keterlibatan masyarakat. Ke dua, tersedianya sarana diagnosis yang mudah dijangkau. Ke tiga, pengobatan di Puskesmas dll yg baiknya buka juga malam hari dan hari libur, karena pasien TB tentu banyak yang pagi hari bekerja. Ke empat, kesiapan RS untuk kasus kasus sulit/rujukan, dan ke lima perlu melakukan penelitian tentang TB.
Sementara itu, lima anjuran untuk masyarakat mulai dari yang pertama menyadari bahwa TB masih jadi masalah kesehatan penting kita. Ke dua, kalau ada keluhan kesehatan arah TB (atau ada teman/keluarga dengan keluhan) maka segera memeriksakan diri. Ke tiga, kalau sakit dan makan obat maka harus teratur sesuai anjuran, dan kalau ada teman/keluarga yang sakit maka perlu diingatkan makan obat secara teratur. Ke empat, pasien TB jangan di cap negatif dan jangan sampai dapat stigma buruk. Ke lima, selalu menjaga perilaku hidup bersih dan sehat agar daya tahan tubuh tetap terjaga baik.
Prof Tjandra Yoga Aditama
Direktur Pascasarjana Universitas YARSI / Adjunct Professor Griffith University – Australia
Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara 2018 – 2020
Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI)