Kini, masyarakat wajib mengetahui penggunaan antibiotik secara wajar. Puskesmas dan rumah sakit tingkat primer harus punya acuan jelas penggunaan antibiotik, karena itu petugas kesehatan perlu edukasi, sehingga dapat mengetahui perioritas penggunaan antibiotik dan bahayanya.
Puskesmas hendaknya punya laboratorium pemeriksaan beberapa resistensi antibiotik terhadap bakteri selama ini menjadi hal yang sering ditemukan.
Hal itu disampaikan Pimpinan South East Asia World Health Organization (WHO di Asia), Mukta Sharma, Ph.D saat berkunjung dan beri kuliah di Universitas Yarsi, pagi tadi.
Doktor Mukta bicara di Universitas Yarsi banyak memberikan pengetahuan, wawasan dan pandangan pendapat terkait penata layanan antibiotik kepada para mahasiswa Magister Sains Biomedis bersama Prodi Doktor Sains Biomedis Universitas Yarsi.
Pandangan lain dijabarkan Pimpinan Organisasi Kesehatan Dunia Wilayah Asia mengenai resistensi antibiotik adalah kemampuan bakteri untuk menetralisir dan melemahkan daya kerja antibiotik.
Penggunaan antibiotik didalam keluarga termasuk, anak balita dan remaja harus hati-hati penggunaan antibiotik.
Antibiotik merupakan obat paling banyak digunakan pada infeksi disebabkan oleh bakteri. Sebagai dokter jangan terlalu mudah memutuskan memberi antibiotik terhadap kuman pada pasien. Tapi ditunggu dulu tiga hari. Jika sembuh tanpa antibiotik tak usah gunakan antibiotik. “Antibiotik bukan segalanya,” ujar Doktor berwarga negara Inggris.
Menurut Doktor Mukta, intensitas penggunaan antibiotik relatif tinggi menimbulkan berbagai permasalahan dan merupakan ancaman global kesehatan terutama resistensi bakteri terhadap antibiotik.
Kuman resisten antibiotik tersebut terjadi akibat penggunaan antibiotik yang tidak bijak dan penerapan kewaspadaan standar tidak tepat.
Beberapa kuman resisten antibiotik sudah banyak ditemukan di seluruh dunia. “Jadi petunjuk penggunaan obat antibiotik di Puskesmas dan rumah sakit harus terus didengungkan,” pesan Doktor kelahiran Kasmir India.
“Kuliah serupa ini bagus perlu ditingkatkan merupakan bagian edukasi sehingga bisa merubah perilaku,” tutup Pakar internasional dari WHO.
Kuliah dengan Doktor Mukta di Yarsi sukses digelar. Selain mahasiswa program Master dan Doktor Biomedis, hadir juga Wakil Rektor I, Dr. dr. Wening Sari, M.Kes dan Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Yarsi, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K), DTM&H, MARS ikut menjadi peserta.
Perkulihan diakhiri penyerahan cinderamata dari Wakil Rektor I Universitas Yarsi kepada Doktor Mukta. (usman).