Presiden Prabowo Subianto melantik Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Prof. Dr. Arif Satria, SP, M.Si. (Prof. Arif) dan Laksamana Madya TNI (Purn) Prof. Dr. Ir Amarulla Octavian, M Sc, DESD, ASEAN Eng (Prof Amarulla). Sebagai Wakil Kepala BRIN. Pelantikan dilaksanakan di Istana Negara, Jakarta, Senin, 10 November 2025.
Pelantikan ini ditandai dengan pengucapan sumpah jabatan menurut agama Islam, dipandu langsung oleh Presiden Prabowo.
Rektor Universitas Yarsi, Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D. sampaikan selamat bertugas, Yarsi percaya Prof Arif dan Prof amarulla akan jadi pemimpin unggul dan jadikan BRIN selalu berkontribusi terbaik bagi Indonesia
Prof Fasli mengungkapkan Universitas Yarsi siap lagi untuk digandeng dan bekerjasama BRIN. Sebelumnya salah satu bukti kerjasama Universitas Yarsi dengan BRIN beberapa waktu lalu bidang kesehatan, berupa riset genomic, inplant gigi dan tulang dengan Rumah Sakit Yarsi. Kerjasama ini ditandatangani Deputi Pemanfaatan Riset dan Inovasi BRIN, Hendriawan disaksikan Direktur Pemanfaatan Riset Inovasi pada Industri BRIN, Mulyadi Sinung Harjono
Kegiatan ini juga dalam rangka mengembangkan riset dasar hingga terapan serta menghilirisasinya ke industri sehingga ada komersialisasi untuk nilai tambah riset, membuka lapangan kerja dan kemandirian riset di Indonesia semakin kuat.
Prof Arif menyatakan, riset dan inovasi menjadi tumpuan negara. Riset dan inovasi kuat akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi. Riset-reset inovasi itu akan berkorelasi positif sudah dibuktikan dalam berbagai uji korelasi
BRIN berkomitmen menggenjot Research and Development (R&D) bidang inovasi. “BRIN juga segera melakukan konsolidasi nasional bidang riset dan inovasi,” tegas Prof Arif saat serah terima jabatan kepala BRIN, di Gedung B.J. Habibie, Jakarta Pusat, Selasa (11/11/2025).
Selanjutnya Prof Arif menjelaskan, inovasi akan diarahkan melalui pemanfaatan nanoteknologi, artificial nitellegence(AI), dan bioteknologi genomik. “Fokusnya perkuat riset pangan dan energi agar lebih efisien, berkelanjutan, dan berdaya saing,” tutur Prof Arif yang juga ketua Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia.
Prof Arif menegaskan, isu pangan dan energi bukan hanya tanggung jawab satu lembaga, melainkan memerlukan sinergi nasional. Prof Arif mengaku telah menjalin komunikasi dengan sejumlah kementerian (Pertanian dan Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)) dan menggandeng perguruan tinggi untuk memperkuat kolaborasi riset.
Selain itu dari dalam BRIN berencana merangkum hasil usulan para peneliti BRIN untuk dijadikan kerangka strategis nasional riset dan inovasi. “Pokoknya butuh konsolidasi nasional riset agar arah dan dampaknya bisa lebih terasa bagi masyarakat,” tekan Prof Arif
“Tidak ketinggalan target jangka pendek ingin ia lakukan dalam membangun organisasi,” tambahnya.
Kemudian Prof Arif menambahkan, akan banyak belajar dan bertanya para Eselon 1 mendengarkan updating terhadap achievement sudah diraih termasuk kendala dan tantangan.
Lalu akan mengunjungi sejumlah organisasi riset di BRIN. Tujuannya menangkap aspirasi, serta mendiskusikan bagaimana cara mencari solusi terbaik
Untuk masalah di daerah, BRIN nanti punya rencana menempatkan banyak peneliti-peneliti di daerah sebagai ikhtiar dalam pembangunan banyak satelit-satelit riset. Pembangunan ini berkolaborasi dengan instansi yang ada di daerah. “Pekerjaan rumahnya, masalah komunikasi, bagaimana BRIN dan peneliti daerah dapat mengkomunikasikan agenda-agenda bareng,” kata Prof Arif.
Pekerjaan lainnya, Insya Allah BRIN segera berkoordinasi dengan Kemendikti Saintek, dan Danantara. Ketiga institusi memiliki peran strategis dan saling melengkapi. Danantara, merupakan lembaga penggerak pembangunan, memiliki nilai penting menghubungkan hasil riset untuk kebutuhan ekonomi Indonesia.”Saya yakin tiga institusi punya kekuatan kuat,” tutup Prof Arif (Usman)


