Tentu masyarakat sudah mengenal bendungan Jatiluhur, yang konon pernah tercatat sebagai terbesar di Asia Tenggara. Selain fungsi pembangkit listrik dan pengaturan irigasi dll, maka cukup banyak masyarakat yang datang berwisata di waduknya yang luas, yang di bagian pinggirnya ada bangunan raksasa yang dibawahnya ada turbin penggerak listrik, yang bisa kita lihat sambil berperahu di waduk atau sambil bersantai diterima waduk. Tetapi, tidak banyak yang tahu bahwa di bendungan ini ada terowongan panjang itu menembus tembok bendungan, menuju pusat waduk yang berada di bawah air.
Saya berkesempatan ke pintu terowongan ini, dan di dalamnya ada prasasti bahwa bendungan Jatiluhur diresmikan oleh Presiden Suharto yang ketika 1967 peresmian itu masih tertulis sebagai “Pejabat Presiden”. Memang Pak Harto mulai sebagai Pejabat Presiden dulu dari 12 Maret 1967 – 27 Maret 1968, dan sebelumnya menjabat sebagai Ketua Presidium Kabinet pada 25 Juli 1966 – 17 Oktober 1967. Kemudian kita semua tahu bahwa Pak Harto menjadi Presiden dengan ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
Di mulut terowongan ini masih ada ada bekas rel kereta. Memang dulu pernah ada kereta api jurusan Purwakarta-Jatiluhur, yang dibangun dalam rangka proyek pembangunan Waduk/Bendungan Jatiluhur.
Tentu pengunjung hanya dapat masuk ke pintu awal terowongan ini saja, di mana terowongan panjang itu menembus tembok bendungan, menuju pusat waduk yang berada di bawah air. Petugas akan masuk terowongan secara berkala, baik untuk pemeliharaan maupun juga untuk pengeringan dan inspeksi saluran bawah air (“tailrace”). Pengeringan tercatat dilakukan setiap lima tahun sekali secara bergiliran, baik terowongan saluran buangan yang kiri maupun yang kanan.
Prof Tjandra Yoga Aditama
Direktur Pascasarjana Universitas YARSI / Adjunct Professor Griffith University.