Rektor Universitas Yarsi, Prof.dr. Fasli Jalal,Ph.D mengatakan, Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis dan terjadinya infeksi berulang sehingga anak lebih pendek untuk usianya terjadi pada Seribu Hari Pertama Kehidupan (HPK)
Prof Fasli menyampaikan penjelasan Stunting dalam webinar di gelar Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) kemarin.
Wakil Menteri Pendidikan Nasional tahun 2010 menambahkan,Stunting harus segera ditangani dan dicarikan solusi. Dampak Stunting tidak main-main, tahun 2018 ada 6 juta anak Indonesia kehilangan IQ 10-15 poin, 6 juta anak Indonesia akan terlambat masuk sekolah dan memiliki prestasi akademi lebih buruk, 6 juta anak Indonesia akan meraih pendapatan 20 persen lebih rendah diusia kerja.
Tidak itu saja, masih tahun 2018 dampak lainnya kehilangan satu persen tinggi badan karena stunting berhubungan dengan kehilangan 1,4 persen produktivitas, direct cost penanganan malnutrisi mencapai $20-30 milyar pertahun. Indonesia akan kehilangan potensi produk domestik bruto (GDP) 2-3 %,kemiskinan antar generasi akan semakin buruk
Dalam Peraturan Presiden (Peppres 72/2021(2),percepatan penurunan Stunting harus dilakukan dari semua tingkat pemangku kepentingan. mulai pemerintahan desa, pemerintahan kota dan kabupaten, pemerintahan provinsi hingga kementerian dan lembaga negara.
Adapun yang perlu dilakukan penguatan perencanaan dan penganggaran, peningkatan kualitas pelaksanaan, peningkatan kualitas pemantauan evaluasi dan pelaporan serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia
Menurut alumnus Cornell University ,semua yang dilakukan diharapkan bisa mewujudkan kebijakan lebih baik. Adanya perubahan perilaku lebih baik terutama ibu, Adanya peningkatan kapasitas kader posyandu, termasuk kader mampu menggunakan satu data untuk perencanaan, pelaksanaan monitoring dan evaluasi program intervensi gizi, serta adanya ketersediaan pangan dan peningkatan gizi bagi keluarga
Dari beberapa peran bisa dilakukan ICMI, Rektor Universitas Yarsi memberikan masukan , ICMI harus masuk pada perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku ini bisa membantu penurunan Stunting. “Perubahan perilaku menuju kebaikan harus tercipta dan hadir,” tegas Kepala BKKBN tahun 2013
Agar percepatan penurunan Stunting itu memberikan hasil optimal ,perubahan perilaku itu harus dibarangi dengan perbaikan akses pangan, air bersih, pelayanan kesehatan dilakukan bersama-sama instansi dan lembaga terkait
Sependapat Prof Fasli, Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia , Prof.dr.Endang L.Achadi , MPH, Dr.PH yang juga jadi pembicara webinar ICMI menyatakan perilaku merupakan faktor mempengaruh penurunan stunting.Promosi perbaikan perilaku tidak bisa dihindarkan.
Lebih lanjut pengurus Perhimpunan Doktor Gizi Medik Indonesia mengatakan ,tidak memberikan air susu eksklusif pada anak, tidak mengonsumsi zat besi, tidak mengonsumsi makanan sehat, ibu masa remaja dan kehamilannya kurang gizi, tidak memberikan vitamin A pada anak dan enggan pergi ke tempat layanan kesehatan , semuanya contoh perilaku yang harus diperbaiki.
Begitu juga melakukan perbaikan pola makan, perbaikan sanitasi dan akses air bersih, ini merupakan perilaku perlu ditingkatkan.
Memperbaiki perilaku sangat penting. “Perbaikan perilaku dimulai dari pemahaman tenaga kesehatan dan mitranya,” akhir Prof Endang.