Ulang Tahun 57 PPTI

Tuberkulosis adalah masalah kesehatan dunia dan juga di negara kita, sejak dulu dan bahkan sampai sekarang ini. Kita menyadari bahwa tuberkulosis (TB) ini tidak dapat diselesaikan oleh pemerintah semata, peran profesi kesehatan dan organisasi masyarakat amatlah penting. Di tingkat dunia, pada 20 Oktober 1920 (lebih 100 tahun yang lalu, lebih dari 1 abad) didirikanlah International Union Against Tuberculosis (IUAT). Karena masalah kesehatan paru makin luas maka di tahun 1995 ruang lingkup kerja diperluas, dan namanya pun disesuaikan menjadi “International Union Against Tuberculosis and Lung Disease (IUAT LD)” yang sehati-hari di sebut sebagai , “The Union”.
Di berbagai negara juga ada organisasi serupa. Saya ingat pada akhir 1980an saya belajar tuberkulosis di Jepang dalam suatu kursus internasional yang diselenggarakan oleh “Japan Anti Tuberculosis Association (JATA)” bersama WHO. Saya ingat ketika itu kami peserta kursus diterima oleh pelindung JATA, yaitu Princess Chichibu, istri dari Prince Chichibu yang merupakan putra ke dua Kaisar Taishō. Princess Chichibu menjadi pimpinan JATA setelah suaminya, Prince Chichibu meninggal karena tuberkulosis di tahun 1953. Di negara tetangga kita Singapura, juga ada “Singapore Anti Tuberculosis Association (SATA)”, demikian juga di berbagai negara lain.

Di negara kita maka kita kenal adanya Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI) , atau “Indonesian Association Against Tuberculosis”. PPTI didirikan pada 20 Mei 1968, Hari Kebangkitan Nasional, jadi sudah lebih dari setengah abad umurnya, dan pada 20 Mei 2025 ini “ber ulang tahun” ke 57. Karena didirikan pada tahun 1968 maka PPTI dapat dikatakan sebagai organisasi masyarakat pertama yang didirikan ketika itu sebagai kegiatan masyarakat yang peduli terhadap penanggulangan TB di negara kita.

Saya mulai bergabung dengan PPTI ketika dibawah Ketua Umum Ibu Soepardjo Rustam, lalu dilanjutkan oleh Ibu Ratih Siswono Yudo Husodo dan kemudian Ibu Raisis Arifin Panigoro. Kini PPTI dipimpin oleh Ketua Umum Ibu Yani Panigoro.

PPTI berkomitmen membantu pemerintah dalam pengendalian TB, serta kini terus memperluas kegiatannya serta melalui penyebarluasan informasi/edukasi tentang TB kepada masyarakat, menemukan dan mendampingi pasien TB menjalani pengobatan sampai sembuh serta membantu pasien TB yang tidak mampu sesuai kemampuan organisasi. Selain itu, PPTI juga menyediakan sarana pelayanan kesehatan umum dengan unggulan pelayanan penyakit paru & respirasi yakni Klinik Utama JRC-PPTI di Jakarta dan Klinik Pratama di Jambi.
PPTI juga aktif dalam menyebarkan informasi dan edukasi tentang TB kepada masyarakat luas dan juga memiliki program pelatihan untuk kader kesehatan TB yang tersebar di berbagai daerah. PPTI juga terlibat dalam skrining dan pengobatan TB, serta memberikan pelayanan medis spesialis pernapasan di Klinik Utamanya.

Pada dasarnya PPTI bertujuan mengembangkan kegiatan yang inovatif dalam bidang teknologi serta pemberdayaaan masyarakat dalam program penanggulangan TB. Juga mendorong terjadinya peningkatan kesadaran dan perubahan perilaku masyarakat yang lebih peduli tentang penanggulangan TB serta meningkatkan akses pada layanan TB yang berkualitas dan berpusat pada pasien. Yang juga amat penting, PPTI berupaya memobilisasi dukungan dan sumber daya, melalui kemitraan untuk pemberdayaan pasien dan orang terdampak TB di Indonesia.

Kita semua tentu sangat berharap agar tuberkulosis benar-benar dapat dieliminasi dari negara kita. Untuk itu peran serta masyarakat dalam bentuk organisasi seperti PPTI ini menjadi bagian integral dalam pengendalian tuberkulosis negara kita. Selamat Ulang Tahun PPTI ke 57, semoga terus dapat meningkatkan darma bhaktinya demi kesehatan bangsa kita, dalam pengendalian tuberkulosis

Prof Tjandra Yoga Aditama
Badan Pengawas PPTI