BELAJAR BISNIS KEBAIKAN PENDEKATAN ALMARHUM SHOLAH ATHIYAH

Rasanya tidak pernah bosan kita berulang membaca model pendekatan bisnis kebaikan dari Sholah Athiyah yang merupakan model bisnis/entrepreneur islami. Kewirausahaan Islami merupakan bagian integral dari Islam dan bagian dari ibadah. Pendirian aktivitas bisnis kewirausahaan dalam Islam akan mendorong manusia untuk terjun dalam dunia bisnis. Prinsip-prinsip kewirausahaan Islam berasal dari pengetahuannya yang luas tentang Al-Qur’an dan Hadits. Etika bisnis yang baik dilandasi oleh keteladanan Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alayhi Wassalam (Yanora et al., 2023).

Ir. Sholah Al Athiyah adalah seorang pemuda dari kota kecil yang bernama Tafahna Al Asyrof. Namun atas perjuangan dari Ir. Sholah Al Athiyah, Tafahna menjadi salah satu kota terkenal di Mesir. Beliau mengampu pendidikan di universitas yang berada di Mesir dengan jurusan pertanian. Seperti yang dikutip oleh Ahli Wakaf ternama di Mesir yaitu Syekh DR Mustafa Dasuki Kasbah, dari Universitas al-Azhar bahwa Ir. Sholah Al Athiyah dan Sembilan rekannya telah menyepakati kerjasama dalam memulai bisnis unggas dan perkebunan serta mencari mitra ke-10. Tetapi mereka terkendala akan modal. Dengan ikhtiar yang sungguh-sungguh mereka berhasil atas izin Allah Azza wa Jalla mendapatkan modal usaha dari hasil menjual perhiasan istri mereka tanah mereka, hingga melakukan peminjaman dana dari sumber lain. (Mais, 2024)

Walaupun modal tidak banyak terkumpul, Sumber modal yang terkumpul dapat mencukupi untuk memulai usaha tersebut. Pertanyaan yang menjadi bahan diskusi siapakah mitra ke-10 itu? Akhirnya, Ir. Sholah Al Athiyah memiliki pendapat tentang mitra ke-10, yaitu Ar Razzaq Allah Azza wa Jalla. Profit yang diperoleh akan dipersembahkan kepada Allah Azza wa Jalla sebesar 10% dari hasil usaha dan dengan perjanjian yang dibuat dengan Allah Azza wa Jalla yang akan memberikan pemeliharaan dan perlindungan serta keamanan dari segala musibah. Hasil perundingan dan diskusi atas kesepakatan bersama untuk memulai usaha tersebut dibuat secara detail dan dicatatkan ke notaris secara lengkap dengan peran dari Allah Azza wa Jalla sebagai mitra ke-10 tersebut. Tidak ada yang menyangka setelah satu musim berjalan hal yang mengejutkan yaitu bisnis mereka jalankan mendapatkan profit yang jauh diproyeksikan sebelumnya.

Selanjutnya mereka kembali diskusi dan sepakat untuk menambah persentase profit yang dipersembahkan untuk Allah Azza wa Jalla meningkat pada angka 20% di periode selanjutnya, dan begitu seterusnya hingga mencapai persentase 50%. Pertanyaannya adalah kemanakah atau dialokasikan kepada siapa profit mitra ke-10? Pengalokasian dana profit mitra ke-10 digunakan untuk mendirikan Sekolah Dasar Islam, Sekolah Menengah Islam dan Madrasah Aliyah baik untuk putra maupun putri. Karena profit terus bertambah dan terus meningkat maka mereka sepakat membentuk Baitul Maal.

Mereka membuat pengajuan kepada instansi pemerintahan untuk membangun universitas di kota Tahfana. Pada awal pengajuan, mereka ditolak oleh pihak pemerintah dengan alasan yang konkret yaitu tidak adanya akses bagi para calon mahasiswa menuju kota Tahfanah tersebut. Dengan keinginan dan komitmen yang kuat, mereka tidak sedikitpun menyerah dan tetap mengajukan

pendirian universitas yang memiliki fasilitas umum yang salah satunya adalah kereta beserta stasiun dan jalurnya dengan biaya dari hasil usaha. Akhirnya pengajuan tersebut diterima oleh pihak pemerintah. Dalam sejarah negeri piramida untuk pertama kalinya berdiri sebuah universitas di kota kecil yang bernama Tahfanah dan menjadi asal-usul cabang Universitas Al Azhar di kota Tafahnah. Semakin berkembang pesat universitas tersebut maka universitas ini mendirikan fakultas lainnya hingga mendirikan asrama putri yang memiliki ketersediaan 600 kamar dan asrama putra memiliki ketersediaan 1.000 kamar. Biaya kereta api digratiskan untuk mempermudah akses transportasi menuju kota Tahfanah tersebut. Semakin berkembang usaha tersebut maka mereka mendirikan baitul maal berikutnya sehingga tingkat kemiskinan di kota Tahdahnah itu menurun dan meghilang . Program ini telah diaplikasikan kepada kampung- kampung lain. Dan tidak ada kampung yang disinggahi Ir. Sholah Athiyyah kecuali dibangun Baitul Maal untuk warga.

Dari pemilik bisnis hingga menjadi pegawai Allah Azza wa Jalla. Dari bos hingga menjadi nazir. Sesungguhnya, profesi nazirlah profesi tertinggi dari seorang pebisnis. Dari hanya mengharap dunia (harta), berubah menjadi berharap akhirat (syurga). Hal ini sejalan dengan perkataan Imam Ibnul Qayyim, “Barangsiapa yang bercita-cita untuk (meraih) perkara-perkara yang tinggi, maka wajib baginya untuk menekan kuat kecintaan kepada perkara-perkara yang rendah (dunia).” (Kitab Miftaahu Daaris Sa’aadah, 1/108).

Dampak bisnis Ir. Sholah Athiyyah, Infrastruktur, lembaga keuangan, pendidikan berhasil diwujudkan sehingga membantu mengentaskan kemiskinan di Tafahna Al-Asyraf, bahkan menyediakan sayuran gratis setiap panen dan pelatihan bagi pemuda pengangguran. Setelah wafat pada tahun 2016, pemakamannya dihadiri oleh ratusan ribu orang yang merasa terbantu oleh kebaikan yang telah ia tanamkan semasa hidupnya.Moga Allah merahamati Almarhum.

Nurul Huda/Warek IV Universitas YARSI/Ketua Lembaga Wakaf MES/Ketua Umum ILUNI UI KWTTI