Lima Srikandi Tampilkan Aneka Jurus Raih IPK Tertinggi

Senangnya bisa diwisuda, karena tidak semua mahasiswa bisa diwisuda. Setiap mahasiswa ikut prosesi wisuda pasti berhasil melampaui proses belajar di perguruan tinggi. Rasa senang itu bukan hanya milik wisudawan tepi juga ayah, ibu, keluarga, dan teman.

Bagi para mahasiswa, sudah mulai ada pergeseran pandangan. Kalau dulu jadi mahasiswa puncaknya saat wisuda, kini bukan pada prosesi wisuda, tetapi bagaimana mendapatkan indeks prestasi kumulatif (IPK) tertinggi. Mahasiswa akan memiliki kebanggan spektakuler bilamana saat diwisuda meraih IPK tertinggi.

Punya IPK tertinggi, berarti derajadnya sudah naik kelas dan apabila mau bekerja akan lebih mudah. Selain itu dari kampus tempat belajar umumnya mendapatkan apresiasi. Ada sekedar sertifikat hingga dalam bentuk uang.

Tentunya untuk mendapatkan IPK tertinggi tidak mudah. Tiap mahasiswa punya ragam mengatasi gelombang kesulitan. Tentu butuh aneka strategi, jurus dan kiat.

Wisudawati Adinda Shavira Ayudia (Adinda) meraih IPK tertinggi 3,93 tidak ada kiat khusus, seperti biasa saja. Selama saya kuliah di Fakultas Hukum Universitas Yarsi (FHUY), hanya menerapkan metode belajar yang tepat dan mencoba menggali ilmu serupa di luar kelas kuliah.

Saat semester 5, Adinda yang juga pernah ikut program student exchange bernama ICT (International Credit Transfer) di University of Malaya di Malaysia menambahkan, dari awal masuk fakultas hukum merasa berat, karena tidak memiliki keluarga background hukum. Jadi awal masuk sudah mulai belajar dan beradaptasi. Namun, seiring berjalannya waktu berusaha keluar dari comfort zone dan mengikuti organisasi serta berbagai lomba menambah wawasan dan relasi. “Alhamdulillah, dengan ini selama kuliah sedikit demi sedikit dapat membangun rasa takut” tutur -Finalis Regional Kompetisi Debat Nasional diadakan Mahkamah Konstitusi (2020).

Selain itu dengan mengikuti lomba dan terakhir mendapatkan beasiswa ke luar negeri dari pemerintah menambah semangat belajar makin tinggi.

Adinda mengakui, setiap mahasiswa pasti saat kuliah ada mengalami kesulitan terhadap mata kuliah. Hukum Acara Pidana, paling sulit dirasakan.

Menurut Adinda yang menjadi peserta Indonesia International Student Mobility Award (IISMA) di University of Granada di Spayol solusinya lebih banyak baca materi diberikan dosen dan mencari sumber bacaan lain di luar materi tersebut.

Kepada sahabat mahasiswa FHUY semangat terus belajar, jangan takut mencoba hal baru.“Jangan lupa berdoa dan selalu meminta doa dan restu kedua orangtua,” pesan Adinda.

Sementara wisudawati program studi (Prodi) Perpustakaan dan Sains Informasi (PdSI) Fathia Febrianti mendapatkan IPK tertinggi 3,92 menyatakan, Alhamdulillah, tidak ada kiat-kiat khusus dan tidak mengira akan mendapatkan IPK bagus. Hanya saat perkuliahan diusahakan menyimak dan mencermati materi disampaikan para dosen.

“Kalau memang ada belum mengerti, harus terus berusaha cari solusi, dimulai sendiri hingga sumber-sumber lain,” cakapnya.

Selain itu, kalau ada tugas, kerjakan dengan maksimal. Terlepas dari itu, sepertinya doa dari orang tua, terutama Mama. “Karena setiap berangkat kuliah, Mama suka bilang, sukses kuliahnya dan IPK tinggi,” ujar Fathia.

Selama kuliah pasti pernah mengalami kesulitan terutama berhubungan dengan teknologi dan penyusunan skripsi. Solusinya mencari sumber-sumber lain seperti tutorial atau praktik di YouTube dan konsultasi dengan dosen.

Kepada sahabat sahabat mahasiswa, terus semangat belajar. Jadikan belajar sebagai kesempatan membanggakan diri dan orang tua. Jika merasa mengalami kesulitan jangan mundur dan harus dihadapi, Insya Allah akan terselesaikan, jangan lupa berdoa.

Sependapat dengan Fathia,Wisudawati Prodi Psikologi Nadira Putri Andria (Nadira) menyatakan, merebut IPK 3.85 tidak ada kiat kiat spesifik,hanya belajar  membuat skala prioritas dan kerjakan ragam semua tugas akademik.

Kesulitan belajar di bangku kuliah pasti ada. Pelajaran psikologi kepribadian dan psikologi kesehatan ini mata kuliah sulit, namun harus dilalui meski menyita waktu. “Sebagai mahasiswa harus bisa cari solusi,” tutur Nadia yang setelah lulus siap bekerja.

Kedua mata kuliah tersebut membutuhkan kemampuan analisis dan berpikir kritis. Pemecahannya hanya harus banyak membaca. Di kelas mayoritas tugas kedua mata kuliah tersebut adalah studi kasus, sehingga lama lama terbiasa dan tadinya beku jadi mencair.

Nadia mengatakan, kepada adik tingkat semangat terus belajar dan kuliah. Empat tahun itu cepat, manfaatin waktu yang ada dan manfaatin juga oportunitas yang ada

Bisa meraih IPK tertinggi bukan milik mahasiswa program sarjana tapi juga ada pada mahasiswa pascasarjana Universitas Yarsi.

Wisudawati Prodi Magister Sains Biomedis, Nur Ilham Risma Hidayati (Nur) menyatakan, meraihi IPK 3,99 tidak ada kiat-kiat khusus, hanya terus fokus pada tujuan utama, tetap berusaha dan berdoa.Alhamdulillah sangat bersyukur bisa mencapai IPK tertinggi.

Lebih lanjut Nur bercerita, pendidikan ditekuni selama pasca sarjana berbeda dengan strata sarjana (Prodi S1). “Kesehatan Masyarakat prodi saya tekuni saat S1,” terang Nur.

Dengan fokus belajar biomedis perlahan-lahan gelar pascasarjana dapat diselesaikan. Kuliah strata pascasarjana (S2) sains biomedis.banyak magang dan penelitian di laboratorium.

Disini saya membuat schedule kegiatan agar bisa membagi waktu, antara menyelesaikan magang dan penelitian dengan belajar. “Stem cell jadi fokus penelitian,” ujar Nur.

Saat belajar Magister Sains Medis Universitas Yarsi pelajaran paling sulit terkait biologi molekuler. Solusinya konsentrasi dalam memahami materi yang diberikan dosen dan pelajari kembali materi-materi sudah disampaikan.

Kepada adik-adik tingkat, tetap semangat mencapai gelar magister. “Semoga penelitiannya berjalan dengan lancar, “tutup Nur.

Sementara wisudawati prodi Magister Kenotariatan (MKn) Sekolah Pascasarjana Universitas Yarsi Erika Selorina (Erika) menyatakan, memperoleh IPK tertinggi caranya dengan mengemban ilmu yang di dapat.  Kebetulan sebelum masuk Magister Kenotariatan Yarsi telah bekerja di salah satu kantor notaris di Kabupaten Bogor mulai tahun 2012.

Kebetulan juga wawasan dan pengetahuan sudah didapatkan saat bekerja seperti ilmu bidang notaris, ilmu bidang PPAT dan kode etik. Jadi tinggal menyesuaikan dan melengkapi.

“Kuliah di Mkn Yarsi  sebagai penunjang dan memperdalam teori berdasarkan akademik. Setelah itu dapat gelar, ,” ujar Erika.

Erika menyatakan, meski sudah bekerja, tapi kesulitan belajar kuliah di MKn tetap ada. Seperti teori hukum dan perpajakan. “Teori hukum bukan teori kita suka saja, tapi juga harus faham dengan kaitan menjurus dengan judul tesis kita erat kaitannya.

Kepada para junior, kejarlah impian setinggi tingginya, niscaya ilmu itu akan bermanfaat sampai akhir hayat. “Jadilah Notaris bermartabat sesuai syariah Islam dan jangan mencoreng almamater,” pesan Erika.

Untuk mendapatkan IPK tertinggi apapun namanya pasti ada usaha maksimal. Lima Srikandi yang meraih IPK tertinggi telah menampilkan aneka jurus. Semoga bermanfaat dan bisa menambah khasanah para junior. (usman)