Diukil dari antaranews.com, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan penanganan pandemi COVID-19 harus berbasiskan ilmu pengetahuan serta transparansi dan juga berbasiskan data.
“Dalam menyelesaikan masalah terkait pandemi harus menggunakan ilmu pengetahuan, keterbukaan dan data. Kami terus mengandalkan pada temuan-temuan sains,” ujar Anies dalam webinar yang diselenggarakan RS dan Universitas YARSI yang dipantau di Jakarta, Sabtu.
Dia menambahkan kebijakan – kebijakan yang dibuat oleh Pemprov DKI Jakarta berdasarkan saran dan pertimbangan dari para pakar kesehatan dan juga epidemiologi. Pihaknya meyakini bahwa pandemi belum usai sehingga perlu rekomendasi dari para ahli dan juga akademisi.
Termasuk dalam menentukan pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas di Jakarta yang diselenggarakan dengan protokol kesehatan yang ketat.
Kepala Subdit Pengelolaan Rujukan dan Pemantauan Rumah Sakit Kementerian Kesehatan, Yout Savitri, mengatakan penularan COVID-19 di Tanah Air sudah menurun,namun masyarakat perlu mewaspadai ancaman gelombang berikutnya.
“Kita tidak tahu, kapan akan terjadi gelombang ketiga. Oleh karena seluruh pelayanan kesehatan harus waspada. Mohon fasilitas kesehatan yang ada tetap dipertahankan kapasitas ruangan isolasinya untuk mengantisipasi lonjakan,” kata Yout.
Kementerian Kesehatan mengantisipasi ancaman gelombang ketiga Covid-19 ini dengan meminta masyarakat menerapkan protokol kesehatan 6M, yakni meliputi memakai masker, mencuci tangan dengan sabun di air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, mengurangi mobilitas dan menghindari makan bersama.
Rektor Universitas Yarsi Prof dr Fasli Jalal PhD menyebutkan keterlibatan aktif rumah sakit menghadapi pandemi COVID-19 sejak awal. Termasuk mengalihkan sebagian besar ruangan untuk menampung ribuan pasien COVID-19.
Saat ini, pihaknya juga melakukan DNA sequencing, sehingga nanti kalau ada varian-varian baru dapat dengan mudah dideteksi.