Webinar Sema FPsi Universitas Yarsi : Sarjana Psikologi Emang Harus S2 ?

Kesehatan mental bukan menjadi hal tabu lagi bagi warga Indonesia.Belakangan ini masyarakat sudah mulai sadar pentingnya kesehatan mental itu sendiri. Merabaknya isu kesehatan mental di media sosial menjadi salah satu wadah sangat mempengaruhi berbagai isu mental tersebut.

Penanganan kesehatan mental ini tentu tidak sembarangan, dibutuhkan tenaga ahli dibidangnya satu diantaranya sering disebut psikolog klinis. Mereka,seorang ahli bidang kesehatan mental telah menyelesaikan pendidikan selama betahun-tahun dibidang ilmu psikologi.

“Proses paling utama harus dijalani adalah kuliah S2 profesi psikolog klinis dengan syarat S1nya mengambil jurusan psikologi”. Ucap Fachrun Naja Maulidia atau dipanggil Lidia sebagai narasumber dalam webinar Senat Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Yarsi(Sema FPsi UY), kemarin.

Lidia menerangkan, jika seseorang berminat bekerjasebagai psikolog klinis maka diharuskan mengambil kuliah jurusan S1 Psikologi dan meneruskan S2 profesi psikologi.Profesi psikolog klinis sebagian besar pekerjaannya menjadi konselor, dimana mereka mendengarkan kliennya untuk menceritakan masalah apa mereka miliki serta psikolog tersebut menggunakan pendekatan-pendekatan terhadap kliennya, menganalisa akar atau diagnosa dari masalah klien mereka sedang alami.

Psikolog klinis tidak hanya semata mendengar keluhan dari orang biasa.Mereka bisa ditugaskan pada tempat sekiranya membutuhkan tenaga mereka seperti lembaga pemasyarakatan(lapas) atau tahanan, dengan harapan mengetahui apakah kejahatan dilakukan tahanan tersebut didasari karena adanya penyakit mental atau tidak. Selain lapas mereka juga diturunkan di rumah sakit jiwa menangani pasien-pasien.Perlu diketahui,psikolog klinis tidak semata sebagai konselor,banyak ya.. mereka bisa kerjakan,”seru alumni Psikologi Universitas Yarsi ini.

Selain konselor, psikolog klinis juga mengerjakan laporan minat bakat untuk lembaga pendidikan. Menganalisis perilaku siswa untuk mengetahui minat dan bakatnya, serta bisa menjadi pengajar”, tambah Qurrata Ayun , juga pembicara webinar ini .

Menurut Qurrata, setiap pekerjaan akan mempunyai kesulitannya sendiri. Dalam psikolog klinis kesulitan tersebut bisa ada dari pihak klien maupun psikolog itu sendiri. Keluhan beragam,perilaku dan perspektif disampaikan klien berbeda-beda semua ini membuat psikolog harus bisa menganalisa kliennya. Supaya memberikan pengarahan atau membantu keluhan yang tepat.

Biasanya saat konseling psikolog menggunakan beberapa alat , memastikan keluhan dirasakan kliennya, tetapi alat tersebut hanya diperuntukkan kepada klien mengidap beberapa penyakit psikologis.

Selanjutnya psikolog sendiri adalah manusia, umumnya seperti kliennya. Mereka harus bisa menemukan waktu beristirahat. Banyak mendengar keluhan orang lain, bisa saja mempengaruhi kondisi mental psikolog itu sendiri. “Psikolog diharuskan bisa memanajemen waktu agar seimbang waktu menggunakannya,” kata alumni Psikologi Universitas Yarsi ini

Webinar Sema FPsi UY kali ini hadirkan 6 pembicara. Selain mengulas psikolog klinis, juga membahas kelanjutan pendidikan sarjana psikologi dan ilmu psikologi dalam kehidupan sehari-hari.

“Sarjana Psikologi Emang Harus S2,” tanya Alfira Chairunnisa dan Syahrani Paramitha, dua pembicara webinar juga sedang melanjutkan jenjang S2

Alfira mengatakan, ada plus minus ketika langsung melanjutkan dari jenjang S1 ke S2 ataupun dari S1 kemudian tidak langsung melanjutkan ke jenjang S2. Kalau kita langsung melanjutkan dari S1 ke S2 kita kuat di teorinya dan tidak lelah.

Menurut Syahrani banyak pertimbangan dipikirkan melanjutkan S2. Utamanya harus ada tujuan serta keinginan yang pasti.Kemudian kenali diri sendiri dahulu sebelum menempuh pendidikan ke tahap selanjutnya.

Bukanlah hal yang mudah untuk melanjutkan pendidikan SI Psikologi ke S2, banyak sekali pertimbangan serta hambatan yang dihadapi.

Dua alumni Psikologi Universitas Yarsi ini menyatakan, seorang sarjana psikologi tidak harus melanjutkan pendidikannya ke tahap S2.

Sementara itu, bagaimana bila seorang sarjana psikologi, tidak melanjutkan keS2 tetapi menjadi ibu rumah tangga? Menurut dua pembicara jadi ibu rumah tangga. , Aida Rahma Ilmiah dan Humaira Noor Hidayanthi, sebagai ibu rumah tangga, ternyata banyak sekali manfaat dalam kehidupan sebari-hari dari ilmu psikologi pernah dipelajari selama kuliah.

Kak Aida sapaan akrab Aida Rahma Ilmiah mencontohkan, saat mendidik anak. Emosi anak adalah salah satu permasalahan paling penting. Ketika anak menangis karena permintaannya tidak dituruti. Solusinya menenangkan emosi anak dan memberi pemahaman.

Jangan menuruti permintaan anak. Jika terus dibiarkan, anak akan mengingat apa dilakukannya dan akan mengulangi perbuatannya. Para orang tua harus mencari tahu apa saja hambatan-hambatan dialami anak dalam proses perkembangan dan memberikan solusi untuk itu.,” harap Kak Aida

Sementara Kak Humaira panggilan sayang Humaira Noor Hidayanthi menambahkan, sebagai istri sekaligus ibu rumah tangga, penting untuk memahami emosi diri sendiri juga atau happy family started with happy wife.

Mendidik anak, penting untuk membuat anak-anak terus aktif. Karena hal ini mempengaruhi tumbuh kembang dan pola pikir anak. “Teruslah perhatikan kebiasaan dan pahami pola pikir anak .” ujar Kak Humaira.

Secara tidak langsung, konsep psikologi selalu terhubung dalam kehidupan sehari-hari.”sesama manusia untuk saling memahami emosi satu sama lain,”harap Para Alumni FPsi UY ini

Penulis: Dimas, Nissa, Anggun

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *