Penyandang disabilitas memiliki hak dijamin negara dapat mengenyam pendidikan di berbagai jenjang. Aturan tersebut menjadikan mahasiswa berkebutuhan khusus memiliki hak sama untuk dapat kuliah.
Universitas Yarsi sudah sejak lama menerima mahasiswa disabilitas dengan klasifikasi lamban belajar, asperger syndrome, gangguan bipolar, dan disabilitas daksa. Kedepannya penerimaan mahasiswa berkebutuhan khusus di lingkungan Yarsi akan diorganisir lebih baik,sehingga dapat memastikan mahasiswa tidak hanya diterima sebagai peserta didik, namun juga memperoleh bantuan sesuai keunikannya. Akhirnya mereka mampu tuntaskan studinya dengan mencapai target kompetensi sesuai jurusan diambil
Dosen Fakultas Psikologi Unversitas Yarsi ,Alabanyo Brebahama, M. Psi., Psikolog (Pak Banyo) mengatakan itu saat jadi pembicara Pelatihan Learning Support Strategy and Services for Student with Disability di Universitas Yarsi , minggu lalu.
Lebih lanjut Pak Banyo menerangkan, kini di Universitas Yarsi layanan kepada mahasiswa disabilitas akan lebih berkualitas dan melibatkan seluruh civitas akademika. Bagi dosen memiliki pengetahuan terbatas dalam hal menentukan strategi pengajaran sesuai keunikan masing-masing jenis disabilitas akan ditingkatkan.
Bagi tenaga kependidikan selaku front liner dalam memberikan layanan pendukung akan diberikan sepenuhnya pemahaman strategi sehingga dapat memberikan bantuan tepat bagi mahasiswa disabilitas.
Menurut Pak Banyo yang juga Kepala Pusat Pengembangan Learning Management System , Pelatihan Learning Support Strategy and Services for Student with Disability di gelar di Universitas Yarsi bertujuan meningkatkan pemahaman dan keterampilan dosen dan tenaga kependidikan(Tendik) mengenai ragam disabilitas, strategi umum dalam memberikan bantuan, serta strategi pemberian dukungan pembelajaran bagi mahasiswa disabilitas.
Perhelatan itu bagian dari program kerja Direktorat PJJ danWakil Rektor I untuk menjadikan Yarsi Ramah Disabilitas. Salah satu langkah menuju terbentuknya pusat layanan disabilitas digelar kegiatan serupa ini dan sosialisasi dengan rutin bagi dosen, tenaga kependidikan, maupun mahasiswa.
Pelatihan singkat ini juga akan mensosialisasikan buku panduan strategi pembelajaran bagi mahasiswa disabilitas yang sudah disusun oleh Direktorat Pembelajaran Jarak Jauh (DPJJ) bersama Bidang 1.
Pak Banyo dalam acara ini mengupas ragam disabilitas dan strategi umum dalam memberikan dukungan pembelajaran dan layanan bagi penyandang disabilitas. Termasuk tingkat kedalamannya. Disabilitas Netra, Rungu, Daksa, lamban belajar, dan disabilitas mental.
Selain Pak Banyo, 3 profesional disabilitas sukses dihadirkan sebagai pembicara memberikan pencerahan dan pengetahuan. Mereka Disabilitas Netra, Guru SLB A Lebak Bulus yang sudah lulus dari pendidikan tinggi, Aris Yohanes (Pak Aris) dan Dwi Tarmini pujiastuti (Ibu Dwi) serta Disabilitas Daksa, Tien Mulyanthi (Ibu Tien) yang kini sukses sebagai Founder dan CEO Terrala Consulting – Konsultan Akuntan dan Keuangan Publik dan Pajak.
Pak Aris dalam pertemuannya sharing pengalaman sebagai mahasiswa disabilitas netra total dalam menempuh pendidikan tinggi hingga sarjana. Kemudian sharing saat masuk dunia kerja. Semua pencerahan diberikan dalam membantu penyandang disabilitas netra dan memberikan dukungan pembelajaran bagi mahasiswa disabilitas netra.
Pada pelatihan itu juga disampaikan contoh kondisi belajar kurang menyenangkan. Pak Aris cerita dirinya untuk pelajaran matematika (nilainya rendah), penyebabnya guru yang mengajar memberikan penjelasan tidak jelas. Guru itu menjelaskan lewat menulis di papan tulis dan saya tak bisa melihat. Jika ada pertanyaan dari saya terkait apa yang disampaikan selalu dijawab nanti. “ Saya yakin Yarsi tidak akan melakukan seperti itu ,” gumamnya.
Padahal nilai pelajaran yang lainnya bagus-bagus hingga termasuk 10 besar nilai tertinggi dan tergabung dalam kelas unggulan.
Menurut Pak Aris , mahasiswa disabilitas bisa meraih unggul ,yang membedakannya pada umumnya terletak pada proses. Contoh saat mengulang pelajaran , mahasiswa disabilitas netra menggunakan rekaman.
Pak Aris saat ini jadi mahasiswa pascasarjana semester 3 meminta penyelenggara pendidikan menerima mahasiswa disabilitas untuk memperhatikan aksesilibilitas ( sesuatu mendukung disabilitas untuk mengakses dan kenyaman dan keselamatan) seperti gedung hendaknya ada lift dan kamar mandi khusus disabilitas).

Ibu Dwi menambahkan bagi mahasiswa disabilitas untuk meraih sukses harus lewat komunikasi dan banyak bertanya dan berdiskusi. Serta bisa meraih unggul lewat belajar dan manfaatkan teknologi
Kini jangan lagi ada perbedaan sekolah disibilitas dengan umum. “Terima apa adanya, berikan kepercayaan dan kesempatan,” ujar Ibu Dwi.
Proses saat penerimaan mahasiswa baru bagi disabilitas usahakan aneka keperluannya sudah dikondisikan. Kampus harus menyediakan layanan prima untuk disabilitas termasuk jika ada gempa, kebakaran tahu tempat menghindarinya. Jika ada kekurangan perlahan diperbaiki tapi pasti. “Berikan kesempatan dan perlakuan sama bagi disabilitas,”pinta Ibu Dwi.
Sependapat 3 pembicara terdahulu, Ibu Tien melengkapi , dunia pendidikan harus punya perhatian lebih pada tindakan kekerasan disengaja (bullying). Hendaknya semua lembaga pendidikan di Indonesia menerima disabilitas. “Kelas belajarnya,dicampur seperti Inggris dan perbanyak sekolah inklusi,” tutup Tien (Usman)


