Amalan sholeh tidak hanya berkaitan ibadah ritual seperti sholat, puasa, zakat dan haji. Tetapi juga ibadah sosial seperti mendengarkan ceramah agama bagian dari satu proses belajar.
Ceramah Agama selain menjaga kesehatan mental juga menjaga imun,terutama di masa pandemi. Bisa membantu Anda merasa lebih bahagia dan salah satu cara meredakan stress..
Di Univeristas Yarsi (UY) ceramah agama atau kajian agama ada tiga. Menurut Kepala Kajian dan Pengembangan Ruhul Islam , Karimulloh , pertama, bersifat bulanan diisi pembicara dari luar UY dengan pembahasan keislaman secara umum atau hari besar Islam di bulan tersebut. Biasanya dilakukan setiap hari Sabtu. .
Kedua, kajian setiap dua minggu hari Jumat pagi. Jumat pertama kajiannya lebih kepada pendekatan fiqh tentang permasalahan sehari-hari dari masalah akidah, ibadah atau permasalahan rumah tangga. Ketiga, kajian Jumat pagi, pendekatannya lebih kepada integrasi antara ilmu dan keislaman, seperti kemarin kajian Islam dan Perpustakaan.
“Kajian keagamaan Universitas Yarsi berada dalam binaan Ruhul Islam , Pembantu Rektor V sebagai pimpinan,”ujar Doktor Karimulloh.
Narasumber dalam pengajian UY adalah setiap orang Indonesia sudah menjadi tokoh nasional, bahkan internasional dan bergerak dalam bidang keislaman. Seperti Sabtu ini, kajian Islam mengambil topik Menyelami Makna Iman, disampaikan Prof. Dr.KH. Nasaruddin Umar. Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta dan Rektor Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al Quran Jakarta.
Ustaz Nasaruddin menyatakan, Iman yang kita bahas kali ini bukan hanya bicara rukun iman ada enam saja. Percaya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala (Allah SWT), malaikat-Nya, rasul-Nya, kitab-Nya, hari akhir, takdir-Nya, dan segala kebesaran-Nya. Lebih dari itu iman ini akan melahirkan nilai ketuhanan, yaitu kesadaran bahwa hidup ini berasal dari tuhan dan menuju kepada tuhan.
Kemudian ilmu pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari keimanan seorang manusia. Ilmu pengetahuan selalu mendukung keimanan kita kepada Allah serta selalu mengingatkan manusia atas kehadiran dan kebesaran Allah.”Intinya rukun iman kita bahas yaitu bagaimana kita memahami iman dan merasakannya,” ujar Prof Nasaruddin
dalam kajian ini banyak hal disampaikan Kiai Nasaruddin terkait keimanan. Seperti menyelami makna iman, Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta menyinggung bahasan kapasitas Allah SWT yaitu kata Ilah yaitu maha agung, menguasai, merajai, masculine, struggeling, uncomparability dan transendent. Maknanya tidak ada tuhan yang berhak disembah, melainkan Allah SWT menghidupkan dan Yang Mematikan, sesuai Al-Quran surat Al-Dukhan (44:8)
Kemudian kata Rabb yaitu memelihara , menjaga, merawat, feminine, nurturing,similarity, tracendent , sesuai Al-Quran surat Al-Fathihah(1:2)
Menurut Prof. Nasaruddin, kalau kita mau benar keimanan kita kepada Allah SWT, pikiran kita harus dibersihkan. Jangan berprasangka buruk,jelek atau negatif pada AllahSWT . Setiap kita lakukan dalam kehidupan dan mati untuk Allah “ Melakukan sesuatu harus diyakini kebenarannya sesuai Alquran dan Hadist, jangan ada keraguan,”terang Rektor Perguruan Tinggi Ilmu Alquran
Pada acara ini Kiai Nasaruddin memberikan petunjuk cara menghilangkan was-was, mengecas iman dan perbaruhi iman. Lakukanlah penghayatan La illaha illallah. Artinya tiada tuhan selain Allah SWT, menjadi satu-satunya pencipta seluruh alam semesta beserta isinya. Meniadakan semuanya kecuali Allah SWT. Bukan ucapan yang diulang-ulang walaupun 1000 kali, tetapi tidak ada penghayatan dan perhatian kepada Allah SWT.
Terkait ikhlas, Kiai Nasaruddin mengatakan, Ikhlas itu mengerjakan amal perbuatan semata karena Allah SWT, bukan faktor lain. Setiap amalan ibadah kita lakukan harus Ikhlas dan menjadi syarat diterima amal. “ Sesuatu yang susah di rasionalkan oleh kita itulah ikhlas. Semua diukur dengan ridho Allah, itulah disebut ikhlas,”
Teologi, ilmu mempelajari segala sesuatu berkaitan keyakinan beragama. Makrifat berupa pengetahuan diperoleh melalui akal serta tasawuf atau sufisme berupa ilmu menyucikan jiwa, menjernihkan akhlak, turut dibahas Ustad Nasaruddin.
Contohnya, alam semesta itu bukan cipta Allah, tetapi menunjukkan adanya Allah atau adanya wajah Allah atau adanya penampakkan Allah.
Kaum Sunni mengatakan alam semesta ciptaan Allah, Kaum Suffi tingkat pemula mengatakan alam semesta ini wajahnya Allah. Kaum Suffi di tingkat pusat , alam semesta ini adalah Allah itu sendiri. Contohnya kalimat sembahlah Allah seakan engkau melihat Allah, dan menjadikan Allah SWT dekat.
Karena itu dalam keseharian hidup , jangan pakai ukuran kita untuk menilai atau menghakimi pemikiran orang, sehingga muncul penyesalan.
Kita belajar agama dari sekolah dasar(SD), kemudian dilanjutkan sekalah menengah pertama(SMP) dan sekolah menengah atas (SMA) hingga diperguruan tinggi (PT). Jangan pelajaran agama itu dari SD hingga SMA sebatas diulang pemahamannya. Kita ajari mahasiswa kita dengan ilmu agama berlapis-lapis,masuk pada substansi pemahaman sehingga mahasiswa muncul sikap tawaduk dan terbentu keimanannya.
Agama dan pemeluknya harus bersatu, jangan seperti layang-layang. Pemiliknya dibawah sementara layang-layang diatas terbang menari-menari