MBG kita dan setidaknya tiga pengalaman dari India

Berita media massa memberitakan Kepala Badan Gizi Nasional menyebutkan bahwa India akan memberikan bimbingan teknis Makan Bergizi Gratis di Indonesia. Disebutkan juga kerja sama dengan India akan fokus pada pengawasan, peningkatan kualitas layanan, dan pengembangan institusi.
India melakukan program makan siang di sekolah dalam bentuk “mid-day meal” (bahasa Hindinya “PM-Poshan Shakti Nirman”), yang diberikan pada sekolah pemerintah dan sekolah yang didukung pemerintah. Programnya sebenarnya sudah mulai sejak 1995 di tingkat nasional. Jauh sebelumnya juga sudah ada program dua beberaoa negara bagian, seperti di tahun 1920 di Madras, di Puducherry pada 1930 dan sesudah India merdeka maka di Tamil Nadu pada 1960an. Kemudian puncaknya, pada tahun 2001 program ini punya dasar hukum yang lebih tegas lagi dimana  Mahkamah Agung India mengeluarkan keputusan agar masing-masing negara bagian di India (jadi desentralisasi) melakukan program  “Mid-Day Meal” ini.  Kini disebutkan bahwa program di India sudah mencakup 120 juta anak di lebih dari 1,27 juta berbagai jenis sekolah, salah satu yang terbesar di dunia.
Dalam pelaksanaannya maka salah satu tantangannya adalah memperluas program secara cepat. Kemudian, pada tahun 2006 ada acuan dalam bentuk “The National Programme of Nutritional Support to Primary Education (NP- NSPE)” dalam bentuk rencana kerja (“action plan”) pelaksanaan makan siang ini, yang menyatakan bahwa pemerintah dapat memobilisasi dukungan masyarakat dan menerapkan kerjasama publik privat (“public-private partnerships”) dalam pelaksanaan program ini.  Salah satu contohnya, pemerintah bekerja sama dengan organisasi nir laba atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) seperti Akshaya Patra. Salah satu momentum penting prestasi LSM  Yayasan Akshaya Patra adalah ketika pada tanggal 2 April 2024 mereka memperingati momentum memberikan 4 milyar porsi makanan, yang diperingati dalam acara khusus di kantor PBB di New York. Disebutkan acara itu untuk memperingati tiga hal, ke satu adanya kebijakan yang kreatif, ke dua  cakupan dalam hal mutu nutrisi dan ke tiga keberhasilan dalam menjaga keamanan pangan (“food security”).
Setidaknya ada tiga pengalaman yang kita lihat dari pelaksanaan di India yang mungkin dapat kita pertimbangkan di Indonesia. Pertama, peran penting negara bagian dalam pelaksanaannya, jadi benar-benar desentralisasi. Ke dua, adanya kerjasama antara pemerintah dengan organisasi masyarakat, dalam bentuk “public-private partnerships”. Ke tiga, tiga area kegiatan yang penting adalah kebijakan yang kreatif (artinya tidak terpaku pada satu pilihan), jaminan mutu gizi (artinya harus pasti nilai gizi nya dan dampaknya bagi kesehatan dan gizi anak bangsa,  serta  keamanan pangan (artinya upaya penuh untuk meminimalisir keracunan makanan).
Prof Tjandra Yoga Aditama
Tinggal di New Delhi India 2015 – 2020 sebagai Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara