Banyak Solusi,Atasi Kesehatan Mental , Hadirnya Wakil Rektor Bisa Salah Satunya

Indonesia masih memiliki tantangan dalam pengembangan program kesehatan jiwa, seperti regulasi  masih ambigu, kekurangan data, dan keterbatasan anggaran.

Selain itu terjadi tren peningkatan perilaku self harm atau menyakiti diri sendiri.Tahun 2000  6,5 persen. Tahun 2019 meningkat menjadi 8,1 persen.

Direktur Utama Pusat Kesehatan Jiwa Nasional RSJ dr H Marzoeki Mahdi (PKJN RSJMM) Bogor, Dr.dr.Nova Riyanti Yusuf,SpKJ menyatakan itu pada bincang edukasi bertema Jaga Kesehatan Mental ,wujudkan Generasi Tangguh,kemarin di PKJN RSJMM Bogor.

Doktor Nova menyatakan, terhadap masalah ini PKJN RSJMM bertanggung jawab sebagai koordinator nasional untuk pengampuan dan pelayanan kesehatan jiwa di Indonesia.

Pengembangan layanan kesehatan jiwa berbasis komunitas merupakan salah satu tujuan utama saat ini.

Selanjutnya dalam forum ini Alumnus  Mental Health Harvard Medical School banyak menyampaikan pengetahuan  mencerahkan.

.Doktor Nova juga menyatakan, remaja dan mahasiswa rentan mengalami depresi. Era media sosial dan digital membuat angka bunuh diri dan gangguan jiwa di kalangan remaja meningkat.

Pihaknya mengarahkan supaya remaja-remaja ini menjadi versi terbaik dari diri mereka, bukan didikte dari medsos, dari ekspektasi yang datang bukan dari dirinya.

Terkait bunuh diri, Menurut Doktor Nova, Indonesia belum punya data bunuh diri secara detail, atau national suicide registry. Peraturan RI masih ambigu.

Jadi tidak bisa klaim BPJS untuk orang-orang mengalami percobaan bunuh diri. Mereka dianggap menyakiti diri sendiri, sehingga belum bisa di-cover JKN. Kasusnya sama dengan penyalahgunaan Napza. “Ini sedang kita berproses ke depannya,” tuturnya.

Ditambahkannya kini Kemenkes, sedang berusaha melakukan perubahan. Jika tidak bisa 100 persen di-cover BPJS, minimal tapi ada kalimat jika terbukti ada diagnosis gangguan jiwa (saat melakukan percobaan bunuh diri), berarti bisa dicover.

“Karena biasanya ditulis cuma lukanya. iritasi, self harm. Jadi tidak disebutkan alasan apa yang membuat mereka itu melakukan percobaan bunuh diri,”cakapnya.

Doktor Nova setuju jika di perguruan tinggi menyediakan jabatan wakil rektor khusus atau bagian khusus kesehatan mental Karena wakil rektor bidang  pendidikan selama ini kebanyakan fokusnya pada bimbingan akademis. Wakil rektor ini harus terintegrasi pada prestasi.

“Semoga kehadiran wakil rektor bisa salah satu solusi cepat cegah gangguan kesehatan mental dan ,wujudkan generasi tangguh menuju generasi emas,” serunya,

Plt Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kemendikbudristek Prof Ir.Nizam,M.Sc,DIC., Ph.D juga banyak menyampaikan pengetahuan mencerahkan,,

Saat mengatakan, mahasiswa dan dosen depresi hingga bunuh diri sejatinya menurut Prof Nizam dapat dicegah dengan menciptakan kampus sehat, aman, dan nyaman. Di mana, ada saling asah, asih, dan asuh di antara seluruh sivitas akademika.

“Itu harusnya tidak terjadi ketika kita saling peduli, saling asah, asih, dan asuh,” ujar Prof.Nizam

Nizam menyatakan, sejak diberi amanah menjadi pimpinan di Kemendikbudristek pada 2020 lalu, dirinya terus menekankan untuk menciptakan kampus sehat. Dia membuat istilah SAN untuk dihadirkan kampus, yang berarti sehat, aman, dan nyaman. Terkait sehat, hal itu dia sebut perlu dimaknai secara holistik.

Menurut Nizam pemerintah sudah menggaungkan agar kampus membangun safety, health, and environment. Kesehatan psikologis dia sebut harus dibangun tidak dengan satu program tersendiri. Unit yang mengurusi kesehatan psikologis, kesehatan emosional, memang diperlukan. Tapi itu menjadi bagian dari pembelajaran secara bersama-sama.

Jaga Kesehatan Mental ,wujudkan Generasi Tangguh, bagi mahasiswa sebagai generasi Z (Gen Z) tidak mudah ,punya tantangan berat. Menurut mahasiswa kedokteran Universitas Yarsi , Yusmar Ibrahim ,

Tantangan terberat bagi Gen Z, tekanan pergaulan, akademik dan tekanan orang tua serta, tekanan masa depan.

Selain itu Gen Z juga menerima kekerasan berupa fisik, verbal dan non verbal langsung, non verbal tidak langsung , cyber bullying dan pelecehan seksual

Upaya mengatasinya semua itu  dengan meningkatkan kesadaran mental sehingga generasi Z dapat memahami masalah yang mereka alami, juga orang sekitarnya aware dan tidak menjudgement

Setelah itu bangun lingkungan mendukung  keluarga, teman, instansi pendidikan, lembaga layanan informasi dan konseling remaja dapat berperan penting dalam mendukung kesehatan mental GEN Z”

Lakukan pelatihan Peer Konselor dan Edukasi Kesehatan Remaja, Meningkatkan akses ke layanan kesehatan mental “Layanan kesehatan mental harus tersedia dan terjangkau bagi GEN Z dan gratis,” pinta Yuswar

Harapannya Gen  Z bisa jaga Kesehatan mental , wujudkan  generasi tangguh, pemerintah dapat memfilter berita hoax dan memberikan jaminan kesehatan mental Gen Z berharap media lebih mementingkan esensi ketimbang sensasi Gen Z berharap instansi pendidikan bisa terbuka dan berdialog dalam mengambil keputusan serta memberikan peran nyata kepada siswa/mahasiswa Gen Z berharap masyarakat dapat menghentikan stigma buruk dan diskriminasi terkait kesehatan mental

Dalam Bincang Edukasi digelar PKJN RSJMM Bogor bekerjasama Cempaka Study Club, didukung Meeting.ai, Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi dr. Citra Fitri Agustina, SpKJ tampil sebagai penanggap.

Dokter Citra mengatakan, kita penting jaga kesehatan mental. Permasalahannya sangat kompleks maka solusinyapun banyak.

Seperti untuk peer consellor perlu ada pelatihan menjadi konselor sebaya, edukasi kepada teman-teman bahwa di institusi ada wadah curahan hati bisa diakses, dijamin kerahasiaan. Perlu penyamaan persepsi antara pengajar dan peserta didik terkait kekerasan. Harmonisasi sistem pendidikan , perlu pelatihan yang memunculkan empati bagi peserta didik

Yang sudah dijalankan pemerintah sudah OK ,sehingga masyarakat termasuk Gen Z dapat memiliki akses kepada layanan kesehatan jiwa di rumah sakit. Perbanyak kegiatan fisik untuk para remaja atau dewasa muda bahkan sejak kanak sehingga tidak terpaku pada gawai guna menghindari adiksi

Pemerintah melalui PKJN RSJMM telah memberi banyak kegiatan contohnya  hotline, mobile mental health, PIKR.. kini diperlukan kampanya lebih besar dan replikasikan di bbrp tempat serta perlu melibatkan perguruan tinggi(Usman)