Hari-hari ini sedang banyak dibicarakan kasus yang menyedihkan, seorang anak di Jawa Barat yang meninggal dan diketahui pula pada berbagai alat tubuh anak ditemukan banyak sekali cacing. Tentu kita amat berduka, dan kita tunggu penjelasan rinci dari Rumah sakit yang merawatnya tentang bagaimana perjalanan penyakit yang sebenarnya terjadi dan alat tubuh mana saja yang terdampak.
Salah satu alat tubuh yang mungkin saja dapat mengalami akibat buruk dari penyakit akibat cacing (“kecacingan”) adalah paru-paru, walaupun yang utama dan lebih sering terjadi adalah gangguan di saluran cerna. Kalau masalah kecacingan sampai ke paru maka ada berbagai kemungkinan gejala, seperti batuk, sesak napas, suara mengi. Kalau lebih berat dapat terjadi nyeri dada, batuk darah, batuk keluar cacing.
Walaupun jarang maka memang dapat timbul penyakit yang lebih berat, antara lain dalam bentuk pneumonia, cairan di paru (efusi pleura), paru yang kolaps (pneumotoraks). Lebih jarang lagi dapat terjadi keadaan yang disebut sindrom “Loeffler”, hipertensi paru dan bahkan gagal napas dalam bentuk ARDS dll.
Diagnosis dapat dilakukan dengan pemeriksaan dahak, bronkoskopi dengan tehnik “Bronchoalveolar Lavage (BAL)” dan tentunya pemeriksaan radiologi dalam bentuk ronsen toraks dan atau pemerikaan “CT scans”. Pengobatannya adalah dengan obat antihelmintik, seperti albendazole, mebendazole, dan atau ivermectin, tentu selain pengobatan simtomatik dan suportif lainnya.
Prof Tjandra Yoga Aditama
Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI)


