Setiap pagi pukul 08.00, kegiatan diawali dengan morning meeting, dilanjutkan dengan visit pasien di ICU maupun day care. Setelah itu, aktivitas berlanjut ke ruang operasi mengamati, ikut scrub in, bahkan sesekali mendapat kesempatan hands-on.
Setiap Selasa, aku bergabung di outpatient department (OPD), membantu melepas staples di dada pasien pasca operasi saat mereka kontrol.
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi, Latifah Ratna Dewi(Latifah) awal berkisah kuliah kedokteran di Sultan Qaboos University Hospital, Muscat, Oman.
lebih lanjut kuliah dimulai 1 hingga 30 Agustus 2025, dari berbagai kegiatan, ada yang.sangat berkesan saat seorang dokter memberiku kesempatan untuk memegang langsung jantung pasien sedang menjalani operasi CABG (Coronary Artery Bypass Grafting).
Awalnya ragu karena saya hanyalah mahasiswa belum bisa banyak. Tapi dokter meyakinkanku, lalu saya benar-benar merasakan denyut kehidupan di tanganku. Bahkan beliau berkata, “Sekalipun kamu sudah PPDS di jurusan lain, kesempatan ini belum tentu kamu dapatkan.” Saat itu saya merasa begitu beruntung belajar anatomi jantung bukan hanya dari buku, tapi langsung dari kehidupan nyata,”ujar Latifah
Di luar aktivitas klinik, Setiap Selasa sore olahraga seperti hiking, renang, atau padel. Sedangkan di akhir pekan, waktunya menjelajah keindahan alam Oman. Salah satu paling berkesan saat di Wadi Shab, sebuah canyon indah yang membuatku serasa masuk ke dunia Jurassic World alami, megah, dan memukau. “Saya melakukan aktifitasdan menikmati Oman ini bersama teman-teman dari mancanegara,” terang Latifah.
Selain pengalaman klinik, hal lain sangat membekas adalah pertemanan internasional. Dari total 30 incoming exchange, aku satu-satunya mahasiswa dari Asia, satu-satunya dari Indonesia, sekaligus satu-satunya yang berhijab. Sementara sebagian besar peserta lainnya berasal dari Eropa. Meski berbeda latar belakang, aku merasa diterima sepenuhnya. “Kami selalu saling mendukung, menjaga satu sama lain, hingga aku merasa memiliki keluarga baru di tanah asing,”cakap Mahasiswi Fakultas Kedokteran Yarsi
Menurut Latifah, pengalaman ini bukan hanya tentang praktik klinik di luar negeri, tapi juga tentang menjadi bagian dari dunia medis global. Aku belajar bagaimana melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik dalam bahasa Inggris maupun Arab, sekaligus memahami sistem kesehatan berbeda dengan Indonesia. “Semua ini membuatku semakin yakin bahwa mimpiku untuk berkarier internasional bukanlah hal mustahil,” seru Latifah yang lama tinggal di Denpasar.
Latifah mengatakan, kuliah ke Oman dilaksanakan lewat organisasi mahasiswa kedokterann di Indonesia dengan nama Center for Indonesia Medical Student Activities (CIMSA) nasional.
Diawali tes CIMSA nasional bekerjasama dengan organisasi kedokteran internasional atau International Federation of Medical Students Associations (IFMSA) melaui seleksi tes seluruh mahasiswa kedokteran se Indonesia., Tes yang diikuti ada bahasa inggris, interview membuat motivation letter dan membuat riwayat hidup (CV). “Alhamdulillah saya lulus dinyatakan berhak ikut kuliah ke Oman,” seru Latifah.
Latifah menerangkan, memilih negara Oman sebagai tujuan exchange belajar kedokteran awalnya saat belajar mengikuti kegiatan International Training di Turkiye dan bertemu beberapa peserta asal Oman. Saat itu mendapat banyak cerita menarik tentang sistem medis di negara tersebut. Dari pengalaman mereka, saya kagum dengan bagaimana pemerintah dan para dokter di Oman menangani pasien dengan cepat tanggap, adanya layanan kesehatan gratis, serta dukungan fasilitas medis yang sangat lengkap.
Selain itu, saya juga terinspirasi dengan sistem pendidikan di Oman dinilai sangat baik, baik dari segi metode pembelajaran maupun kualitas sarana yang tersedia. Semua itu membuat saya semakin tertarik untuk merasakan langsung pengalaman belajar di Oman.
Satu lagi, pembelajaran medis nya menggunakan bahasa Inggris dan pengajar atau dosen serta konsulen kebanyakan lulusan luar, seperti Harvard, China, Canada, “Jadi tambah mendapat insights baru,” ungkap Latifah.
Ditambah Oman termasuk negara Islam, yang maju serat negara teraman nomor 5 di dunia. “ Jadi tidak terlalu khawatir untuk bepergian kesana,” kata Latifah.
Terima kasih kepada Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi telah memberikan apresiasi dan dapat mengconvert exchange menjadi mata kuliah KKN hingga terbebas dri KKN
Latifah Menegaskan,pengalaman ini bukan hanya tentang praktik klinik di luar negeri, tapi juga tentang menjadi bagian dari dunia medis global. Saya belajar bagaimana melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik dalam bahasa Inggris maupun Arab, sekaligus memahami sistem kesehatan yang berbeda dengan Indonesia. “Semua ini membuat saya makin yakin mimpi untuk berkarier internasional bukanlah hal mustahil,” pungkas Latifah..
Pesan kepada teman mahasiswa, jangan pernah takut mencoba hal baru. Keluar dari zona nyaman memang menegangkan, tapi justru di situlah kita tumbuh. “Setiap langkah kecil bisa membuka jalan untuk kesempatan besar tak pernah kita bayangkan sebelumnya.,” Tutup Latifah (usman)


