Lima aspek Malaria kita

Hari ini sedang berlangsung Rapat Kerja Kesehatan Nasional (RaKerKesNas) di kawasan BSD Serpong, yang tentu membahas berbagai aspek, termasuk penyakit menular. Hari ini pula, 25 April 2024, adalah Hari Malaria Sedunia.
Untuk negara kita, data World Malaria Report 2023 dari WHO menunjukkan bahwa di kawasan WHO Asia Tenggara walaupun terjadi penurunan secara umum estimasi kasus sebesar 11.9%, tapi di beberapa negara justru ada kenaikan, yaitu di Indonesia, Bangladesh, Myanmar dan Thailand. Juga report ini menyebutkan bahwa India dan Indonesia menyumbang sekitar 94% kematian akibat malaria di seluruh kawasan WHO Asia Tenggara.

Ada lima jenis parasit yang dapat menyebabkan malaria, dan dua diantaranya yaitu Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax adalah yang memberi ancaman kesehatan terbesar. Penyakit malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina.

Juga ada lima kegiatan pencegahan malaria yang perlu kita lakukan di Indonesia. Pertama tentu menghindari dari gigitan nyamuk, ke dua pengendalian vektor, ke tiga pemberian kemoprofilaksis, ke empat pemberia n kemoterapi pencegahan dan ke lima adalah vaksin malaria.

Sementara itu, ada lima pula komponen pentingt pengendalian malaria
Pertama, penguatan sistem kesehatan (health system strengthening) di kawasan timur Indonesia, termasuk juga kemitraan dalam bentuk public private partnership.

Ke dua, pengendalian malaria kita (dan juga dunia secara umumnya) akan bergantung pada invetasi yang tersedia untuk melaksanakannya.

Ke tiga, tentu ada aspek biologikal dan lingkungan yang amat perlu mendapat perhatian dalam pengendalian malaria di negara kita. Hal ini antara lain mencakup resistensi obat dan juga insektidisa, pengendalian vektor terpadu (termasuk kelambu. Larvasida, indoor residual spray dll.) serta antisipasi dan mitigasi perubahan cuaca (climate change).

Ke empat, yang juga amat penting tentu bagaimana strategi eliminasi dibuat dan dilaksanakan, sesuai situasi dan keadaan setempat. Program yang dapat dilaksanakan antara lain meliputi pengendalian faktor risiko, kegiatan Minum Obat Massal Malaria (Momal), pemetaan reseptifitas dan pembentukan jejaring diagnosis dan tatalaksana.
Ke lima. penetapan target juga harus jelas dan tegas.
Sejak 2015 WHO sudah mensertifikasi 12 negara sebagai bebas malaria, yaitu Maldives (2015), Sri Lanka (2016), Kyrgyzstan (2016), Paraguay (2018), Uzbekistan (2018), Argentina (2019), Algeria (2019), El Salvador (2021), China (2021), Azerbaijan (2023), Tajikistan (2023) dan Cabo Verde (2024). Mudah2an Indonesia segera menyusul pula.

Semoga Rakerkesnas hari ini menghasilkan keputusan penting tentang pengendalian Malaria dan berbagai penyakit menular di negara kita.

Prof Tjandra Yoga Aditama
Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara
Penerima Rekor MURI 2024 untuk penulis artikel COVID-19 terbanyak di Media Massa