MBG, harapan guru & orang tua serta SPPG Polri

Pada 16 Oktober 2025 saya menjadi pembicara acara PERSAGI (Persatuan Ahli Gizi Indonesia) tentang Makanan Bergizi Gratis. Ada 3 hal yang saya sampaikan. Pertama tentang manfaat MBG dan pengalaman berbagai negara lain. Ke dua tentang bagaimana mengatasi keracunan makanan yang masih terus terjadi. Ketiga tentang tiga evaluasi yang saya usulkan, yaitu evaluasi penyebab keracunan dan bagaimana pencegahannya ke depan, evaluasi mutu gizi MBG dan bagaimana melihat dampaknya dan ke tiga evaluasi sistem pelaksanaan dengan membuka dan menganalisa berbagai kemungkinan yang ada.
Yang amat menarik adalah pertanyaan peserta yang benar-benar menggambarkan keadaan lapangan, tantangan dan bagaimana mereka menanganinya. Pertanyaan pertama dari Ibu Guru SMA yang mengangkat empat hal. Ke satu, mengusulkan ada komunikasi antara SPPG dan sekolah. Ke dua, beberapa hari yang lalu MBG tidak datang padahal anak-anak tidak bawa bekal makanan dari rumah dan tidak bawa uang jajan pula. Ke tiga bahwa dalam seminggu terakhir ini menu makanan selalu telur saja, dan hari ini dengan kelengkeng 3 butir. Ke empat, di luar berbagai kekurangan tapi pada dasarnya anak-anak murid senang2 saja dengan MBG.
Penanya ke dua adalah seorang Bapak Guru, yang menyampaikan tiga hal. Pertama sudah terjadi semacam komunikasi dengan SPPG dimana murid menuliskan keinginan makannya dan dimasukkan ke tray yang dikembalikan ke SPPG. Ke dua, Pak Guru mengatakan bahwa anak-anak sangat senang waktu dikasih menu “chicken katsu”, sesuatu yang agar ironi sebenarnya ya. Pak Guru ini juga mengusulkan agar yang memasak kantin sekolah saja sehingga makanan segar dan hangat.
Penanya ke tiga adalah Orang Tua murid di TK yang muridnya hanya 17 anak. Disampaikan karena murid hanya sedikit maka semua MBG yang mereka terima dicicipi dulu sebelum di berikan ke siswa. Disampaikan bahwa pagi hari tadi menu untuk anak TK adalah ayam geprek dengan sambal, yang tentu tidak pas untuk anak-anak ya. Orang tua dan guru TK ini juga memodifikasi makanan, katanya pernah dapat kentang goreng yang tentunya di tray sudah jadi lembek dan tidak renyah lagi, dan oleh mereka di goreng ulang dan dijadikan perkedel. Ibu Orang Tua murid ini sangat mengharapkan perhatian pemberian MBG pada anak-anak yang masih TK ini yang tentunya harus berbeda dengan anak-anak yang sudah lebih besar.
Di akhir acara dibicarakan tentang arahan Bapak Presiden ke Kepala Badan Gizi Nasional tentang penggunaan SPPG Polri karena baik hasil kerjanya. Laman Presiden RI secara jelas menuliskan “SPPG Polri: Langkah Strategis Presiden Prabowo untuk Gizi Rakyat”.
Prof Tjandra Yoga Aditama
Direktur Pascasarjana Universitas YARSI  /  Adjunct Professor Griffith University