Pertemuan regional Tuberkulosis

Pada 14 Maret 2024 ini saya menghadiri acara “Regional Dialogue on Achieving the UN High Level Meeting Commitments on TB”, yang diselenggarakan oleh “Stop TB Partnership” tingkat global, bekerja sama dengan “UNOPS (United Nation Office for Project Services)” di Manila Filipina.

Acara dibuka dengan sambutan Menteri Kesehatan Indonesia, Wakil Menteri Kesehatan Laos, Wakil Menteri Kesehatan Jepang, Kepala Perwakilan WHO Filipina dan tentunya Menteri Kesehatan Filipina, dengan pemandu Dr Lucica Ditiu, Executive Director Stop TB Partnership. Juga ada perwakilan pasien TB dari Filipina yang ikut dalam pembukaan ini.

Dalam pertemuan ini dibahas panjang lebar tentang bagaimana regional Asia (pertemuan ini dihadiri 12 negara) berupaya maksimal untuk memperkuat pengendalian TB, khususnya karena target-target yang seharusnya dicapai memang belum tercapai, baik di dunia, di Asia Tenggara dan juga di negara kita.

Acara hari ini dimulai dengan Panel Diskusi yang membicarakan bagaimana pentingnya komitmen tingkat tinggi (“high level commitment”) dalam pengendalian TB di Asia Tenggara, serta bagaimana memelihara komitmen politik ini. Peserta panel diskusi ini adalah Menteri Kesehatan dan pimpinan delegasi dari Filipina, Indonesia, Pakistan, Kamboja, Vietnam, Thailand, Laos, Papua New Guinea dan WHO.

Kemudian dilakukan presentasi berbagai negara tentang upaya-upaya yang dilakukan untuk mencapai target yang ditetapkan oleh pertemuan tingkat tinggi yang diselenggarakan PBB, “United Nation High Level Meeting on TB”. Indonesia menyampaikan tentang peran penting kepemipinan politik, monitoring dan juga anggaran. Filipina membicarakan peran penting sektor swasta dan Vietnam bicara tentang peran filantropi dan kalangan bisnis, Thailand menyampaikan pengalaman tentang penganggaran melalui program Universal Health Care (UHC) , Kamboja menyampaikan dukungan masyarakat madani dalam perang terhadap TB dan Pakistan bicara tentang upaya pendekatan politik.  Kemudian delegasi Laos menyampaikan eliminasi tuberkulosis di ASEAN karena tahun ini Laos memang memegang keketuaan  “ASEAN Health Sectoral Bodies”. serta Papua New Guinea menyampaikan tantangan pengendalian TB dalam berbagai masalah lingkungan.

Kemudian dilakukan diskusi kelompok, yang membicarakan tentang pengetahuan dan kesadaran (“Awareness”), anggaran (“Finance”) dan aksi yang akan dilakukan. Di tanggal 15 besok maka juga akan ada pertemuan khusus tentang “Airborne Infection Defence Platform – AIDP”, dimana saya akan menyampaikan apa saja rencana kegiatan AIDP di ASEAN di tahun 2024 ini. Pada dasarnya AIDP menggunakan pendekatan pengendalian penyakit menular yang menular melalui udara (“airborne infection”) seperti terjadi pada TB dan COVID-19, baik untuk masa kini maupun juga untuk antisipasi kemungkinan pandemi mendatang.

Prof Tjandra Yoga Aditama
Direktur Pascasarjana Universitas YARSI