Malaria masih merupakan masalah kesehatan penting di kawasan Asia
Pasifik. Sekitar 1 milyar penduduk di kawasan ini masih ber risiko terhadap malaria, utamanya kelompok rentan dan di daerah-daerah tertentu. Kita di Indonesia juga sedang berupaya untuk dapat mencapai status eliminasi malaria.
Saya sedang di Nusa Dua Bali untuk megikuti “9th Asia Pacific Leaders’ Summit on Malarian Elimination”, yang diselenggarakan oleh APLMA dan Kementerian Kesehatan. Saya ingat bahwa di tahun 2013, ketika saya menjabat Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, maka The Asia Pacific Leaders Malaria Alliance (APLMA) ini dibentuk dengan tujuan eliminasi malaria di Asia Pasifik (tentu harapannya termasuk Indonesia) pada tahun 2030,
Pada “technical session” pertemuan malaria Asia Pasifik di Bali ini dibahas lima aspek penting dalam eliminasi malaria, yang perlu kita terapkan bersama. Pertama adalah memahami besarnya masalah secara keseluruhan, “setting the scene” yang dengan itu maka situasi dapat diketahui, prediksi dapat dilakukan berdasar bukti ilmiah, serta penentuan kegiatan pengendalian yang baik dan tepat sasaran. Ke dua adalah tentang penanganan lintas batas, “cross border”. Kita tahu negara kita berbatasan darat dengan beberapa negara tetangga seperti Timor Leste dan Papua New Guinea, selain Malaysia. Upaya bersama dan kerja bersama dengan negara tetangga merupakan upaya amat penting dalam pengendalian malaria. Masalah lintas batas memang banyak dibahas dalam pengendalian malaria di dan antar berbagai negara di dunia.
Ketiga, hal amat penting dalam eliminasi malaria dan mendapat pembahasan cukup mendetail di acara Malaria Bali kali ini adalah tentang pengendalian vektor, dimana kita tahu bahwa nyamuk merupakan vektor malaria. Dalam hal ini tentu bukan hanya faktor nyamuknya saja, tetapi juga ada aspek lingkungan dan juga perilaku manusia. Pendekatan Satu Kesehatan atau “One Health” patut dipertimbangkan untuk jadi dasar kegiatan sehingga keberhasilan akan lebih mudah dicapai. Ke empat, dibahas juga peran penting keterlibatan masyarakat dalam perang menghadapi malaria. “Community engagement” ini memang aspek utama dalam keberhasilan program kesehatan apapun juga, termasuk eliminasi malaria ini. Ke lima, dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan di sisi lain makin beratnya tantangan maka tentu diperlukan berbagai inovasi untuk mengakselerasi eliminasi malaria di kawasan Asia Pasifik kita, serta juga bagaimana pendekatan integratif dalam eliminasi malaria ini.
Kita semua berharap agar pertemuan “9th Asia Pacific Leaders’ Summit on Malarian Elimination” akan berperan besar dalam eliminasi malaria di Asia Pasifik, di Indonesia dan juga di dunia. Bila di tindak lanjuti dengan baik dan tepat maka pertemuan di Bali ini akan jadi catatan emas dalam upaya eliminasi malaria.
Prof Tjandra Yoga Aditama
Direktur Pascasarjana Universitas YARSI / Adjunct Professor Griffith University Australia
Mantan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara