Hari ini saya bicara bukan hanya sebagai mahasiswa, tetapi sebagai gadis Palestina membawa luka rakyatnya di dalam hati,” ucap Sama M.A Alkafarna (Sama) mahasiswi asal Gaza, Palestina, dalam peringatan Hari Nakba di Universitas YARSI.
Di hadapan mahasiswa dan dosen memadati aula Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi(FK-UY), Sama menyampaikan pidato penuh emosi dalam bahasa Arab, Inggris, dan Indonesia. Pidato tersebut bukan hanya bentuk ekspresi pribadi, tetapi juga sebuah seruan kemanusiaan atas tragedi panjang yang dialami rakyat Palestina selama lebih dari tujuh dekade.
Hari Nakba berarti malapetaka. Dalam bahasa Arab, merujuk pada peristiwa 15 Mei 1948 saat lebih dari 700.000 warga Palestina terusir dari tanah air mereka. Desa-desa dihancurkan, keluarga tercerai-berai, dan hingga kini, jutaan warga Palestina hidup sebagai pengungsi.
Nakba adalah luka sejarah, tetapi juga panggilan tetap memperjuangkan keadilan “Nakba bukan hanya cerita masa lalu. Itu masih terjadi hari ini,” tegas Sama.
Sebagai warga Gaza, ia menceritakan realitas begitu jauh dari kedamaian. Di Gaza, kami mendengar bom, bukan musik. Kami melihat penderitaan, bukan perdamaian.
Meskipun kini tinggal dan belajar di Indonesia, Sama menegaskan hatinya tetap di Gaza,bersama keluarga dan tanah kelahirannya dilanda konflik. Ia menyampaikan bahwa meskipun berada di tanah rantau, ia membawa suara rakyat Palestina ke mana pun ia pergi.
Menurut Sama, selama kita masih hidup, selalu ada harapan. Kami percaya pada kebebasan dan perdamaian.”
Di akhir pidatonya, Sama menyerukan pesan solidaritas, Kami bersama Palestina. Terus kuat, Palestina tidak sendiri. Allah selalu bersama orang yang sabar.
Ia juga mengingatkan hadirin tentang pentingnya kepedulian umat Muslim. Umat Islam itu seperti satu tubuh. Kalau satu sakit, semua ikut sakit.
Peringatan Hari Nakba di Universitas Yarsi dilengkapi dengan pemutaran video dokumenter tentang kondisi Gaza sebelum dan sesudah perang. Video tersebut menunjukkan kontras kehidupan anak-anak Palestina sebelum konflik dan dampak kehancuran yang kini mereka hadapi.