JAKARTA – Songsong visi besar Indonesia Emas 2045, Yayasan Yarsi menegaskan komitmennya untuk berkontribusi secara signifikan di bidang pendidikan dan kesehatan. Melalui inovasi kurikulum, integrasi teknologi, dan peningkatan kualitas SDM,
Yarsi menunjukkan langkah nyata membentuk generasi unggul siap menghadapi tantangan zaman.
Ketua Yayasan Yarsi, Prof dr.Jurnalis Uddin,PAK menyampaikan bahwa dunia Pendidikan harus selalu relevan dengan dinamika global. Menurutnya, pembelajaran kini tidak lagi harus selalu berlangsung di kelas. Pandemi COVID-19 menjadi bukti bahwa pembelajaran jarak jauh menjadi keniscayaan sekaligus peluang untuk mandiri.
Dalam menjawab tantangan akses pendidikan tinggi nasional – di mana hanya 35% anak usia 18–24 tahun yang mengakses pendidikan tinggi – Yarsi tengah menyiapkan distance learning atau pembelajaran jarak jauh. Lantai 2 Universitas Yarsi telah disiapkan sebagai pusat kendali digital learning di bawah koordinasi Pak Andreas.
Model pembelajaran hybrid ini memungkinkan perkuliahan dilakukan secara daring dan luring sekaligus, dengan jurusan-jurusan seperti Psikologi dan Ekonomi yang akan menjadi pionir. “Mungkin kedokteran belum bisa, karena membutuhkan praktik langsung,” imbuhnya.
Dalam era digital ini, teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) memainkan peran penting dalam layanan kesehatan. Namun, Prof. Jurnalis mengingatkan bahwa AI pun memiliki keterbatasan. “AI hanya mengolah data. Bila data yang dimasukkan tidak benar, Kesimpulan pun bisa keliru. Karena itu, mahasiswa harus tetap berpikir kritis dan tidak hanya bergantung pada satu sumber,” jelasnya.
Beliau mencontohkan pernyataan Prof. Stella Christie yang mengungkapkan perbedaan data linguistik antara kelompok masyarakat kulit putih dan kulit hitam di Amerika, yang berdampak pada akurasi AI dalam menjawab. Maka, penting bagi mahasiswa untuk terbiasa mempertanyakan hasil analisis, serta membiasakan diri untuk mencari referensi ilmiah tambahan.
Yarsi sendiri telah berlangganan ribuan jurnal dari penerbit ilmiah Elsevier, yang dapat dimanfaatkan mahasiswa memperkuat basis data dan pengetahuan mereka.
Yayasan Yarsi mendorong para dosen dan mahasiswa aktif dalam publikasi ilmiah nasional maupun internasional. “Kalau ingin berhasil, jangan hanya dikenal di lingkungan sendiri, tetapi harus berani tampil di luar, melalui tulisan, program podcast, atau forum ilmiah lainnya,” tegas Prof. Jurnalis.
Keberhasilan ini tampak dari jumlah lulusan Yarsi meraih predikat cumlaude. Dalam wisuda terakhir, 93% lulusan memperoleh predikat tersebut, dengan minimal 40% cumlaude dari Fakultas Kedokteran. “Ini membuktikan bahwa meskipun mahasiswa kami tidak diterima di PTN, tidak mengurangi kehebatan mereka,” tambahnya.
Yarsi juga menunjukkan kepedulian global melalui beasiswa yang kini diprioritaskan untuk mahasiswa Palestina. Selain itu, kerja sama dengan MER-C dalam pembangunan rumah sakit di Gaza menjadi bukti nyata kontribusi Yarsi di bidang kemanusiaan, meskipun bangunan rumah sakit tersebut telah mengalami kerusakan akibat konflik.
Pesan untuk Mahasiswa
Prof. Jurnalis memberikan pesan khusus kepada para mahasiswa Yarsi: “Jangan pernah puas dengan jawaban yang ada. Belajarlah untuk bertanya, berpikir berbeda, dan tidak takut salah.” Ia menekankan bahwa kesalahan adalah bagian dari proses belajar. Dengan kemudahan akses informasi melalui teknologi, mahasiswa harus menjadi pembelajar aktif yang tidak hanya menunggu diajari.
Dengan berbagai strategi dan komitmen yang ditanamkan Yayasan Yarsi, Prof. Jurnalis yakin bahwa mahasiswa Yarsi memiliki potensi besar untuk menjadi bagian dari generasi unggul Indonesia 2045. “Intinya, suka tidak suka, kita harus mengikuti perubahan positif,”pungkasnya. (Mahasiswa FK-UY, Medical Journalism, Nurul Aulia Latifa)