Peringatan Isra Mi’raj Bermakna Bila Kita Hijrah Dari Shalat Bumi ke Shalat Langit

Puncak dari segala puncak kesenangan  dan kebahagiaan sesungguhnya ialah ketenangan batin. Siapa  ingin merasakan ketenangan  bathin, Allah SWT memerintahkan tunaikan shalat  sesuai Surat Thaha (20) ayat 14, (dirikan shalat untuk mengingat Aku ) dan Al-Rad (13) ayat 28 ( Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram )

Pernyataan itu disampaikan Imam Besar Masjid Istiqlal, Jakarta Prof.Dr.K.H.Nasaruddin Umar ,MA pada Kajian Islam Tematik Universitas Yarsi menyambut Isra Mi’raj, kemarin

Prof Nasaruddin lebih lanjut menjelaskan, Shalat  banyak manfaatnya, termasuk  bisa  menaikan diri orang  keatas ( menaikan kualitas ) dan  mencegah perbuatan keji munkar.

Shalat itu sujud. Saat sehat, sujud itu kaki dan kepalanya tersungkur bersama-sama di bawah. Lalu mendekat dan menyerahkan diri pada Allah SWT,  termasuk seluruh isi pikiran kepalanya. Tapi kalau isi kepalanya tak menyerahkan diri pada Allah, melainkan pemikirannya ada dimall , tempat belanja atau tempat lain , itu namanya bukan sujud. Sekedar menyerahkan kepala kita ke lantai, itu semua tak ada artinya. “Jadi Shalat itu  totalitas jiwa ,raga  pemikiran diserahkan pada Allah SWT,” Tegas Kiai. Nasarruddin

Dalam moment Isra Mi’raj ini kita perlu intropeksi diri ,apakah shalat atau sujud kita sudah benar ? “Kalau belum dirubah, kita harus berusaha memperbaiki, “ajak Ustad Nasaruddin .

Dalam pengajian  virtual , banyak pengetahuan dan nasehat sampaikan Alumni Doktoral Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Makna Isra Mi’raj adalah mendaki mencapai tempat lebih tinggi. Semakin tinggi pencapaiannya, semakin bijak dan arif  kehidupan manusia. Kalau seseorang jarang , apalagi tak pernah naik  (mi’raj), maka mata hatinya akan tumpul, buta . Akhirnya apa dikerjakan, diperbolehkan  dengan  dilarang tak bisa dibedakan,  alias sama saja.

Menurut Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah ,dengan Isra Mi’raj ini, kita mencoba melihat langit. Maknanya kita tidak boleh tergila-gila dengan dunia. Tidak perlu menghabiskan seluruh energinya meraih kepuasan  duniawi. Di langit etalasenya jauh lebih banyak dan indah mencapai kemenangan abadi, ketimbang didunia

Peringatan Isra Mi’raj itu akan bermanfaat apabila  shalat kita itu hijrah,ibarat  shalat dari bumi ke langit

Shalat bumi  itu dimaknai shalat biasa saja,keburu-buru dan tidak jelas makna yang diucapkan dan tidak bermanfaat bagi diri kita. Sedangkan shalat langit itu  dimaknai shalat penuh kepasrahan , tidak terburu-buru (tuma’ninah)  kepada Allah SWT.

Shalat penuh kepasrahan kepada Alla SWT berarti  kita sudah memproteksi diri, mencegah perbuatan buruk, cegah kerusakan pribadi dan sosial  serta cegah kerusakan masyarakat

Masih terkait shalat dan mi’raj, Mualim Nasaruddin  juga menyampaikan perjumpaan Nabi Muhammad dengan Nabi Musa saat mi’raj .  Nabi Musa  dan umatnya shalatnya hanya 2 kali sehari  pagi dan sore, namun umat  Nabi Musa  banyak tak melaksanakan shalat, karena berat dan  tak sanggup .

Perjumpaan Nabi Muhammad SAW  dengan Nabi Musa  itu terkait meminta keringan kepada Allah SWT tentang perintah shalat dalam 5 waktu, Nabi Musa menyarankan Nabi Muhammad  agar  menawar lagi perintah shalat  5 waktu kepada Allah SWT.

 “ 2 waktu saja banyak yang tidak mengerjakan shalat, apalagi 5 waktu ,” cerita Prof Nasaruddin mengutip berbagai hadist

Nabi Muhammad SAW tidak  menawar lagi perintah shalat  5 waktu. Karena sudah banyak dapat keringan jauh dari Allah SWT. Namun pelaksanaan shalat 5 waktu disebarkan waktu-waktunya dengan jarak waktu tidak terlalu lama, sehingga ada waktu bersujud pada Allah SWT.

“ Sujud kepada Allah SWT tidak boleh berjauhan , Saat shubuh ke shalat zuhur ada shalat dhuha dan saat Isya ke  shalat shubuh ada tahajud,’ terang Ustad kelahiran tahun 1959.

Pengetahuan lain yang disampaikan Wakil Menteri Agama 2011-2014 , Isra Mi’raj itu , Allah SWT memperjalankan hambanya di malam hari . Pertanyaan kita, mengapa Allah SWT memilih waktu malam untuk memperjalankan hamba-Nya dan mengapa bukan disiang hari.?  “ada beberapa jawaban ,” terang Alumni Mc Gill University Kanada.

Diantaranya malam hari mempunyai hikmah perjalanan spritual memang lebih kondusif . Malam  hari memang menampilkan kegelapan, tetapi kegelapan malam itu menjanjikan keheningan , kesenduan, kepasrahan, kesyahduan, kerinduan, kepasrahan, ketenangan dan kekhusyukan.

Suasana batin amat sulit diwujudkan siang hari, seolah-olah lebih aktif di siang hari unsur rasionalitas dan maskulinitas. Siang hari  kita sebagai manusia dan lebih tepat digunakan menjadi khalifah.

Sedangkan di malam hari yang lebih aktif  ialah unsur  emosiinal -spiritual dan femininitas kita dan lebih tepat digunakan sebagai hamba. 

Menurut Alquran surat Alqadr (97)ayat 3, malam kemuliaan tu lebih baik dari seribu bulan dan surat Al-Isra(17)ayat 79, dari pada sebagian malam hari shalat tahajudlah kalian sebagai suatu ibadah tambahan bagi kalian,Mudah-mudahan tuhan kalian mengangkat kalian ke tempat terpuji.

Kiai Nasaruddin, mengimbau mahasiswa Universitas Yarsi melakukan mi’raj dengan cara shalat. “Shalat itu mi’raj nya orang-orang beriman,” ujar Ustad Nasaruddin  mengutip salah satu riwayat hadis Nabi Muhammad SAW.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *