YARSI Siap Cetak Generasi Unggul Indonesia Emas 2045

Sambut era Indonesia Emas 2045, Universitas Yarsi terus bertransformasi mencetak generasi unggul bidang pendidikan dan kesehatan. Hal ini diungkapkan Prof. dr. H. Fasli Jalal, Ph.D.,(Prof Fasli ) dalam wawancara terkait visi strategis dan kontribusi Yarsi  menghadapi tantangan nasional di sektor pendidikan dan kesehatan.

Menurut Prof. Fasli, pada tahun 2045, Indonesia diproyeksikan jadi negara maju dengan pendapatan per kapita di atas 30.000 dolar AS. Untuk mencapainya, Indonesia tidak bisa lagi hanya mengandalkan sumber daya alam, melainkan harus beralih ke sumber daya manusia  inovatif dan  intelektual.

Diharapkan 60% populasi usia 19–23 tahun menempuh pendidikan tinggi. Saat ini baru 36%, dan itu harus terus ditingkatkan,” ujarnya.

Transformasi Universitas Yarsi.

Sebagai bagian upaya nasional, Universitas Yarsi telah merumuskan visi jangka panjang dengan empat pilar utama:

  1. Meningkatkan Akses Pendidikan
    Yarsi terus membuka peluang lebih luas bagi masyarakat mengakses pendidikan tinggi. Kini, jumlah mahasiswa sekitar 6.000 orang, dan ditargetkan meningkat menjadi 10.000. Jumlah program studi pascasarjana juga telah berkembang dari 3 menjadi 6, dengan target mahasiswa pascasarjana 2.000 orang.
  2. Peningkatan Kualitas dosen
    Universitas Yarsi menargetkan 60% dosennya bergelar doktor (S3). “Kini sudah di atas rata-rata nasional. Tapi kami ingin lebih banyak lagi dosen berkualifikasi tinggi agar kualitaspendidikan semakin meningkat,” jelas Prof. Fasli.
  3. Pengembangan Program Spesialisasi
    Yarsi tengah mempersiapkan program pendidikan dokter spesialis kedokteran keluarga layanan primer (SpKKLP). Meski tantangan pembiayaan cukup besar dalam sarana dan prasarana, Yarsi bertekad membangun program spesialis unggul dan relevan dengan kebutuhan masyarakat.
  4. Akreditasi dan Benchmark International
    Tujuh program studi telah menjalani proses akreditasi FIBAA (Foundation for International Business Administration Accreditation), termasuk Prodi Ilmu Hukum, Perpustakaan dan Sains Informasi, Magister Kenotariatan, Manajemen, Akuntansi, Magister Manajemen, dan Psikologi. Fakultas Kedokteran juga telah diakui unggul secara nasional dan bertaraf internasional. Target Yarsi setiap prodi minimal terakreditasi “Baik Sekali”, dengan sebagian besar menuju status “Unggul”.

Tantangan Kesehatan dan Solusi

Di tengah pencapaian tersebut, Yarsi juga tidak luput dari tantangan, baik di lingkungan internal maupun skala nasional. Di lingkungan kampus, perhatian besar diberikan pada kesehatan mahasiswa, termasuk pencegahan rokok, narkoba, dan masalah kesehatan mental. Yarsi  menyediakan lembaga konseling sebagai tempat curhat mahasiswa serta program makan siang gratis di masjid kampus, yang dapat diakses oleh semua kalangan mahasiswa lintas prodi. Pemeriksaan kesehatan gratis juga rutin dilaksanakan setiap hari Jumat untuk masyarakat sekitar.

Sementara itu, secara nasional, Yarsi  berfokus pada dua isu besar:

  1. Stunting
    “Prevalensi stunting masih cukup tinggi, yakni 21,6%, dan target pemerintah adalah menurunkannya menjadi 14%,” ujar Prof. Fasli. Yarsi bekerja sama dengan pemerintah daerah di Pandeglang, Bandung Barat, dan Bogor dalam berbagai program seperti pemberian telur untuk ibu hamil, pelatihan kader, dan digitalisasi data tumbuh kembang anak.
  2. Pentingnya Inisiasi Menyusui Dini dan ASI Eksklusif
    Masih banyak ibu yang belum memahami pentingnya menyusui dini dan ASI eksklusif. Mahasiswa Yarsi terlibat dalam program KKN dan PKL ikut memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai hal ini, termasuk penyusunan menu MPASI yang sehat dan bergizi.

Karakter Mahasiswa Unggul

Prof. Fasli memberikan pandangannya mengenai karakter mahasiswa unggul masa kini. Mahasiswa harus berani berpikir kritis, mempertanyakan informasi, dan selalu mencari cara belajar yang lebih efisien. “Kita tak cukup lagi dengan ‘learning how to know’, kita harus beralih ke ‘learning how to learn’,” jelasnya.

Ia juga menekankan pentingnya menjadi pembelajar sepanjang hayat (lifelong learner), membangun jejaring sejak dini. Kemudian aktif berorganisasi untuk memperluas wawasan dan meningkatkan soft skill.  (Mahasiswa FK-UY, Medical Journalism, Nurul Aulia Latifa)