Sehubungan berita bahwa Amerika Serikat menarik diri dari WHO maka ada tujuh hal yang dapat disampaikan.
Pertama, tentu harus ditunggu bagaimana implementasi atau eksekusi keputusan itu, apakah akan ada waktu tertentu sampai ini benar-benar terlaksana. Pernah ada informasi bahwa prosesnya akan memakan waktu 1 tahun, tetapi mungkin saja situasinya berbeda kini.
Ke dua, tentang kemungkinan dampak pada kesehatan masyarakat di Amerika Serikat, hal ini tentu akan atau sudah dikaji oleh pemerintah mereka.
Ke tiga, untuk situasi kesehatan dunia maka ini akan jadi perhatian penting karena besarnya jumlah penduduk Amerika Serikat, yang juga amat banyak melakukan perjalanan ke berbagai negara di dunia. Ini tentu membawa dampak dalam pengawasan perjalanan kesehatan internasonal.
Ke empat, luas wilayah Amerika Serikat juga cukup bermakna, yang tentu punya aspek kesehatan masyarakat pula.
Ke lima, Amerika Serikat mempunyai berbagai pusat kajian kesehatan yang juga punya cakupan global, katakanlah misalnya Center of Diseases Control and Prevention (CDC), National Institute of Health (NIH) dll. Perlu dikaji tentang bagaimana peran berbagai organisasi ini sesudah Amerika Serikat menarik diri dari WHO.
Ke enam, selain organisasi resmi pemerintah maka juga cukup banyak pakar warga Amerika Serikat yang aktif dalam kesehatan global, termasuk bekerja di World Health Organization (WHO). Selain itu juga ada berbagai Universitas ternama di Amerika Serikat yang bergerak dalam kesehatan global pula. Tentu patut di telusuri bagaimana peran para pakar ini di kesehatan global kelak, sehubungan Executive Order President Trump di hari pertama kerjanya ini.
Ke tujuh, tentu aspek pendanaan dan anggaran WHO akan terkena dampak cukup bermakna kalau kontribusi dari Amerika Serikat dihentikan. Akan bergantung pada WHO tentang bagaimana kemudian mereka melakukan upaya rekayasa finansial (“financial engineering”) agar upaya WHO untuk menjaga kesehatan dunia akan tetap dapat terlaksana dengan baik.
Prof Tjandra Yoga Aditama
Direktur Pascasarjana Universitas YARSI
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara