Lima hal sehubungan Wolbachia

Sehubungan masih terusnya berkembang pembicaraan tentang pendekatan nyamuk ber Wolbachia untuk menangani dengue, maka bersama ini disampaikan lima hal, utamanya dalam kaitannya dengan WHO dan usulan penelitian mendatang.

Pertama, team Advisor yg ditunjuk WHO (“Vector Control Advisory Group VCAG”) pada tahun 2020 sudah menyatakan bahwa pengendalian vektor nyamuk Aedes aegypty dengan pendekatan dengan Wolbachia ini memang terbukti punya nilai kesehatan masyarakat (“public health value”) untuk menangani dengue, a.l. berdasar penelitian “randomized case control trial – RCT” yang dilakukan di DI Yogyakarta.

Ke dua, perlu diketahui bahwa “Vector Control Advisory Group VCAG” adalah team pakar yang dibentuk oleh WHO, yang tugasnya memberi masukan kepada WHO. Jadi VCAG bukanlah penentu kebijakan WHO secara langsung, tugasnya mengkaji secara ilmiah mendalam dan lalu memberi masukan serta mendukung WHO dalam formulasi programnya.

Ke tiga, team Advisor VCAG ini pada 2020 itu merekomendasikan WHO memulai (“initiate”) proses pembentukan guideline untuk memformulasi rekomendasi penggunaannya pada pengendalian dengue. Jadi memang belum disebutkan tentang penerapan langsung saat ini. Hal ini tergambar juga dalam laman WHO tentang dengue terbaru tahun 2023 ini yang memang pendekatan wolbachia belum secara eksplisit disebut dalam program penanggulangan resmi WHO kini.

Ke empat, untuk jangka depan maka saya usul tiga hal. Ke satu, sangat perlu di benahi maksimal bentuk sosialisasi ke masyarakat, agar penolakan dan resistensi masyarakat dapat dikendalikan dengan baik. Ini sangat penting dan merupakan suatu hal utama dalam kesuksesan program, kalau memang ingin dijalankan. Usul ke dua,  sejak sekarang perlu diantisipasi tentang aspek logistik yaitu pengadaan nyamuk berwolbachia ini dalam jumlah yang besar. Tanpa persiapan logistik maka hasil tidak akan tercapai optimal. Usul saya ke tiga, perlu dilakukan penelitian jangka panjang, a.l. tentang dampak paparan wolbachia yang relatif homolog pada  variasi ekologi (dan epidemiologi) yang kenyatannya ada di alam, hal ini sesuai publikasi di jurnal ilmiah internasional Lancet bulan Oktober ini tentang “pisau bermata dua” dari pendekatan dengan nyamuk berwolbachia ini.

Hal kelima, seperti disampaikan di atas, pendekatan Wolbachia memang terbukti punya nilai kesehatan masyarakat yang bermanfaat dalam pengendalian dengue. Tetapi walaupun demikian, kita harus menyadari dua catatan penting. Ke satu, pendekatan dengan nyamuk berwolbachia ini bukanlah “silver bullet” dalam pengendalian dengue. Hal ini juga disampaikan oleh badan pengendalian lingkungan (“National Environmental Agency”) Singapura beberapa waktu yang lalu.

Hal kedua yang perlu di catat adalah bahwa pengendalian dengue dengan nyamuk berwolbachia tidak dapat dilakukan sendiri saja, harus bersama dengan program pengendalian vektor yang lain, dalam koridor bersama yang tercakup dalam IVM (“integrated vector management”). Hal ini disampaikan juga oleh WHO Amerika dalam publikasinya pada bulan Agustus 2023.

Prof Tjandra Yoga Aditama
Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI