Cegah Demensia Tak Ada Kata Terlambat,Tingkatkan Kualitas Hidup

Orang dengan demensia sedikitnya punya dua atau lebih gangguan,seperti ingatan atau memori, reasoning atau kognitif, Bahasa, koordinasi , perilaku/psikomotorik.

Demensia merupakan sebuah kumpulan gejala (sindroma) ditandai pertama adanya gangguan fungsi luhur  meliputi aspek kognitif, psikomotorik(perilaku, emosi, memori) dan pelupa merupakan gejala awal demensia.

Kedua kesulitan bicara atau komunikasi, seperti menanyakan hal sama berulang-ulang . Ketiga disorientasi  berupa bingung pada lingkungan lama maupun baru.

Itulah presentasi Ketua Pengurus Yayasan Yarsi ,Prof.dr. Jurnalis Uddin, PAK  mengawali Webinar Riset Neurosains Pada Aplikasi Klinis Universitas Yarsi , tadi pagi.

Lebih lanjut Guru Besar Fakultas Kedokteran (FK)Universitas Yarsi meneruskan,keempat  butuh waktu lebih lama untuk tugas sederhana seperti kesulitan dalam problem solving. Kelima kehilangan minat untuk kegiatan harian , selalu waswas dan menarik diri dari lingkungan.Terahir gangguan perubahan kepribadian berupa halusinasi, bertindak infulsif dan paranoid.

Menurut Prof Jurnalis, demensia itu ada tahapannya. Mulai awal seperti lupa terhadap peristiwa baru terjadi, lupa taruh barang, merasa asing pada lingkungan seharinya dan disorientasi waktu. Tahap pertengahan seperti merasa nyasar dalam rumah sendiri, sulit berkomunikasi , sulit melakukan kegiatan sederhana seperti bikin kopi, gosok gigi , rasa was-was meningkat dan timbul halusinasi. Sedang tahap lanjut seperti tidak tahu keberadaan, tak kenal waktu dan orang, susah jalan sendiri serta perubahan perilaku jadi agresif.

“ Ingat pada tahap lanjut ini seorang  atau pasien sudah butuh bantuan penuh  dalam kehidupan sehari-hari,” terang Ketua Pusat Studi dan Gender Universitas Yarsi.

Demensia muncul tidak dengan sendirinya, Penyebab utamanya gangguan pada otak, bisa berupa trauma, infeksi, toksin, gangguan metabolic, gangguan peredaran darah, kelainan degenerative, tumor di otak, efek samping obat, alkohol , defisiensi vitamin B12 atau E dan masalah kelenjar thyroid.

“Tes Mini Mental (the mini mental state examination) merupakan cara menegakkan diagnosa dimensia,”ujar Mantan  Dekan FK Universitas Yarsi.

Proses tua tak ada bisa mengatasinya. Makin tua makin pelupa, tapi pelupanya orang tua  secara alamiah tidak sama dengan pelupanya  orang demensia.”Pelupanya orang demensia  sangat akut dan berat,”ucap Prof Jurnalis.

Walau tak banyak cara dapat dilakukan mencegah demensia, untuk cegah demensia tak ada kata terlambat ,Prof Jurnalis berusia 85 tahun memberikan kiat  hidup berkualitas berdasarkan para ahli.

Mulailah olahraga teratur, tidak merokok,dan tak minum alkohol, jaga berat badan  dengan body mass index 18-23 dan makanlah dengan gizi seimbang.

Kemudian perlu menjaga tekanan darah, cholesterol dan gula darah, selalu belajar hal baru, aktif dalam komunitas seminat, tidur cukup  dan tetap produktif secara sosial maupun ekonomi. “Yang terakhir artinya jangan tergantung pada anak dan cucu,” pesan Prof Jurnalis.

Webinar digelar Sekolah Pascasarjana Program Studi Doktor Sains Biomedis, selain Prof Jurnalis tampil pula pembicara Guru Besar FK Unika Atma Jaya,,Prof.Dr.dr. Yuda Turana, Sp.S,

Prof Yuda sependapat dengan Prof Jurnalis. Alumnus Doktor Universitas Indonesia menyatakan, diskusi mengenai demensia dan penanggulangannya, merupakan topik dinamik, dan kompleks. Masalahnya penuh variasi, menjadi tempat diskusi interdisiplin saling memperkaya ilmu.

Lanjut usia(lansia) merupakan penyakit degeneratif, kronis, dan membutuhkan waktu perawatan lama serta biaya tinggi. Upaya mewujudkan lanjut usia dengan otak sehat dan produktif, diperlukan aksi bersama, dimulai pada tingkat individu, komunitas, dan sistem kebijakan nasional.

Membantu lansia sehat agar terhindar dari penyakit alzheimer diperlukan kebijakan dan program promotif , program lansia bisa mandiri, program preventif bisa mengurangi terjadinya disabilitas, terutama pada populasi miskin dan terpinggirkan.

Selain itu perlu pula kebijakan mengurangi faktor risiko terkait penyebab penyakit utama dan meningkatkan faktor pelindungan kesehatan dan kesejahteraan sepanjang hidup, serta mengembangkan sistem perawatan kesehatan primer,menekankan promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan penyediaan perawatan jangka panjang, home care pada keluarga.

Pola kebiasaan negatif, kemiskinan dan inequality, sesuatu harus diubah . Individu kelompok rentan, merupakan individu akan memperoleh dampak positif dan manfaat terbesar bila dilakukan suatu intervensi.

Menurut mantan Dekan FK Unika Atma Jaya, sistem kesehatan belum disiapkan sepenuhnya untuk lansia, saatnya semua pihak bisa mengambil peran pada semua tingkatan hingga tercipta kualitas hidup. Cegah demensia pada setiap siklus kehidupan, tak ada kata terlambat,,” tegas Prof Yuda ,Neurolog dan Pakar Alzheimer

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *